Thesis vs papers: first things first

Author:
Berikut ini adalah beberapa hal yang pernah saya baca, saya dengar, dan ditanyakan oleh mahasiswa S3. Mungkin saya menulis dalam nada agak aneh, tapi jangan menyurutkan semangat ya. No urut diberikan tapi membacanya tidak harus urut.
1. Tanya: Siapakah yang akan membaca disertasi saya?
Jawab: selain anda, pembimbing, penguji, orangtua, mertua, istri, anak-anak. maka tidak akan ada lagi yang akan membaca buku disertasi anda. Jadi maksimum hanya 12 orang yang akan membaca buku warna biru gelap itu. Well mungkin tambah satu, pustakawan yang menerima disertasi, membaca covernya dan mencatatnya dalam daftar buku koleksi perpustakaan. Lebih jauh anda dapat membaca post ini.

borrowed from: https://careerprojections.files.wordpress.com/2014/10/cartoon5009.png
2. Tanya: Apakah boleh mempublikasikan disertasi saat belum dinyatakan lulus oleh Tim Penguji?
Jawab: Bukan hanya boleh, tapi sangat dianjurkan. Kalau di luar negeri malah diharuskan, terlepas dari jenisnya sebagai thesis atau thesis by publication. Bahwa penulisan thesis memiliki dimensi garis waktu, bukanlah sebuah titik. Jadi pastinya akan ada banyak perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karenanya sangat bisa dipublikasikan per tahap. Sempat juga untuk membaca post ini.
Borrowed from https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/dc/68/7e/dc687e289ce26027253a824b5c08c1d5.jpg
Borrowed from https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/dc/68/7e/dc687e289ce26027253a824b5c08c1d5.jpg
3. Tanya: Apakah mempublikasikan disertasi tidak masuk sebagai (self) plagiarism?
Jawab: bisa jadi betul, bila pemikiran anda statis. Maka anda akan hanya meng-copy paste teks publikasi yang anda tulis sebelum lulus ke dalam naskah disertasi. Saya akan balik tanya: apa iya selama tiga atau empat tahun anda menyelesaikan disertasi, pikiran anda statis. Seperti yang saya sampaikan di nomor 2, bahwa menulis disertasi ibarat garis bukan titik. Bila ada waktu luangkan waktu untuk membaca post tentang plagiarisme di sini dan tentang self plagiarism di sini — yang menjelaskan bahwa ternyata definisi self plagiarism ternyata masih belum jelas atau menjadi kabur dengan banyaknya jenis media online saat ini — dan di sini — yang merupakan contoh kasus yang disampaikan oleh COPE (Committee on Publication Ethics) serta bagaimana solusinya.
Pembahasan bagian ini perlu jadi perhatian kita semua juga peringatan untuk saya sendiri untuk selalu mengembangkan wawasan mengenai “plagiarism”. Zaman berkembang, situasi berubah, definisi hal-hal yang termasuk plagiarism dapat bergeser, maka solusinya pun harus dinamis.
Borrowed from: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/b0/60/a2/b060a2349f4f6256ae15072843a602a9.jpg
Borrowed from: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/b0/60/a2/b060a2349f4f6256ae15072843a602a9.jpg
4. Tanya: Saya baca no 3 masih belum paham, bisa dijelaskan lagi?
Jawab: Begini, andaikan anda membuat tiga publikasi selama anda S3. Diakhir anda diminta membuat dan mengumpulkan buku disertasi untuk diuji. Buku disertasi dalam hal ini pada dasarnya adalah hasil akhir yang akan merangkum seluruh publikasi dan hasil penelitian, jadi anda bisa mensitasi apa saja yang sudah anda publikasikan dan memperkaya dokumen disertasi dengan berbagai pemikiran kritis yang muncul hingga titik akhir sebelum anda cetak dokumennya dan dikirimkan untuk diuji.
Makalah yang anda kirimkan merupakan frozen state atas pemikiran anda di satu titik waktu tertentu. Andai anda kirim draft makalah ke suatu jurnal hari ini, maka itu adalah status pemikiran anda di hari itu. Besar kemungkinan besok atau lusa ada pemikiran baru.
Hal lainnya adalah, makalah adalah dokumen pendek, jadi yang dimuat dalam makalah adalah segmen tertentu dari penelitian anda. Walaupun sangat bervariasi, panjang makalah di bidang teknik berkisar antara 6000 sampai 10.000 kata. Bidang sosialĀ  biasanya akan lebih dari itu. Disertasi disunting sebagai buku lengkap sejak pendahuluan hingga kesimpulan. Jumlah kata-katanya bisa 5 hingga 10 kali jumlah kata dalam makalah. Jadi mestinya tidak terjadi pengulangan yang terlalu banyak. Dari sisi outline-nya pun sangat berbeda, antara makalah dalam jurnal dengan publikasi.
Sedikit catatan untuk batasan jumlah kata (word length), bila kita sering membatasi skripsi, tesis, disertasi dalam satuan halaman, kalau di luar negeri satuannya adalah jumlah kata. Berikut panduan dari University of Leicester dan University College London (UCL).
Jadi tidak akan terjadi plagiarisme dalam disertasi yang ditulis belakangan, selama anda selalu mensitir (atau menyitir ya?) dokumen yang telah ditulis sebelumnya dan ditambah dengan perkembangan baru dalam pemikiran anda.
Borrowed from: https://www.timeshighereducation.com/sites/default/files/Pictures/web/g/d/q/cartoon_070711.jpg
Borrowed from: https://www.timeshighereducation.com/sites/default/files/Pictures/web/g/d/q/cartoon_070711.jpg
Saya yakin andaikan anda kirim makalah ke jurnal hari ini, maka besar kemungkinan ada pemikiran baru muncul besok atau lusa.
5. Tanya: Apa untungnya bila disertasi tidak dipublikasikan sebagai makalah?
Jawab: ada!, karena tidak ada yang tahu isinya selain anda, maka anda aman karena tidak akan ada yang menyonteknya.
Coba anda baca artikel An introduction to academic publishing culture in the UK and the University of Essex yang ditulis oleh Dr Carol Jaensch (Department of Language and Linguistics) di sini.
Borrowed from: http://drmarksarver.com/wp-content/uploads/2014/03/publishorparis.jpg
Borrowed from: http://drmarksarver.com/wp-content/uploads/2014/03/publishorparis.jpg
6. Tanya: Bagaimana bila pembimbing saya melarang untuk mempublikasikan disertasi sebelum selesai diujikan?
Jawab: Dekati pembimbing anda dan jelaskan bahwa banyak sekali manfaatnya. Lihat no 7.
Bahkan untuk mengundang komentar atau bahkan seseorang untuk membaca dan mengecek penulisan dll, banyak penulis di luar negeri membuat blog untuk penelitian S3 nya. Silahkan baca ini.
Borrowed from: https://s3.amazonaws.com/lowres.cartoonstock.com/science-science-scientists-scientific_paper-academic_publishing-publications-bve0011_low.jpg
Borrowed from: https://s3.amazonaws.com/lowres.cartoonstock.com/science-science-scientists-scientific_paper-academic_publishing-publications-bve0011_low.jpg
7. Tanya: Apa sih gunanya mempublikasikan disertasi? Bukankah akan jadi beban pekerjaan dua kali?
Pertanyaan ini sepertinya bukan hanya untuk mahasiswa, tapi juga untuk pembimbing, termasuk sebagai pengingat saya juga.
Jawab: In a way yes. Karena memang menulis makalah dengan menulis disertasi adalah dua hal yang berbeda. Tapi setidaknya kalau anda sudah pernah membuat makalah sebelumnya, maka menulis disertasi akan lebih mudah.
Betul? Pastinya. Karena pola pikir anda sudah terbentuk.
Mengenai manfaatnya, banyak. Selain untuk membentuk pola pikir, juga untuk menarik pendapat, input, koreksi dari orang lain. Saat anda mengirimkan makalah ke salah satu jurnal, maka proses selanjutnya adalah peer-review. Naskah anda itu akan dibaca dan dikaji oleh beberapa orang (biasanya dua orang). Mereka akan memberikan pendapat obyektif mengenai kekurangan dan kelebihan makalah anda, sekaligus dapat kita pancing untuk memberikan arahan bagaimana pengembangan selanjutnya.
Kalau saya jadi pembimbing, maka mestinya saya akan sangat terbantu dengan hal di atas.
Lantas mengapa saya harus melarang, malah justru akan saya “paksa”.
Baca ini. Bahwa ada jenis disertasi yang merupakan kumpulan dari publikasi (thesis by publication), tapi ini tidak dianut di Indonesia. Baca ini.
Borrowed from: https://www.timeshighereducation.com/sites/default/files/Pictures/web/g/d/q/cartoon_070711.jpg
Borrowed from: https://www.timeshighereducation.com/sites/default/files/Pictures/web/g/d/q/cartoon_070711.jpg
8. Tanya: Apakah bila nanti disertasi dipublikasikan dalam makalah, bukankah ada potensi orang lain meniru karya saya?
Jawab: betul dan maka akan bagus. Anda akan terpacu untuk menambah lagi item hal baru dalam disertasi anda. Manfaat lainnya, maka karya anda akan ada yang merujuk. Tapi bila anda merasa ada ide yang dicuri, maka dengan mudah anda bisa membuktikan bahwa publikasi anda terbit sebelum karya curian itu. Jadi mempublikasi disertasi ada hubungan dengan klaim ide.
Dan jangan lupa, makin banyak orang membaca dan mengetahui karya anda, maka akan ada banyak saksi yang akan membantu anda membuktikan originalitas.
Baca ini. juga baca ini.
Salah satu cara untuk mengklaim riset secara “instant” adalah dengan mempresentasikannya di depan khalayak, dalam forum seminar misalnya. Banyak pihak telah sepakat bahwa makalah yang telah disampaikan dalam suatu seminar dapat ditulis kembali menjadi makalah utuh (full research paper).
Lho kok bisa?
Ya, karena mereka berpendapat bahwa makalah seminar (conference paper) dapat disampaikan sebagai catatan riset (research note) berisi hasil-hasil sementara yang masih terus dikembangkan. Dengan cara ini, maka anda dapat memulai diskusi dengan banyak pihak dan menerima masukan. Hasil riset yang lebih “final” kemudian dapat ditulis sebagai research paper dengan catatan bahwa harus disebutkan penyampaian makalah secara historis, “bahwa makalah ini pertama kali disampaikan dalam acara XXX sebagai makalah berjudul YYY”. Baca juga diskusi di ResearchGate ini dan ini.
Borrowed from: https://62e528761d0685343e1c-f3d1b99a743ffa4142d9d7f1978d9686.ssl.cf2.rackcdn.com/files/31778/width926/zhrxbdsm-1379916057.jpg
Borrowed from: https://62e528761d0685343e1c-f3d1b99a743ffa4142d9d7f1978d9686.ssl.cf2.rackcdn.com/files/31778/width926/zhrxbdsm-1379916057.jpg
9. Tanya: Jadi bila saya sudah menulis beberapa makalah dari disertasi saya, maka disertasi itu akan jadi penyambung kerangka pikir dari makalah satu ke makalah lain?
Jawab: Ya betul. Karena makalah adalah dokumen yang berdiri sendiri, maka disertasi fungsinya adalah merangkum dan merangkai berbagai publikasi tersebut.
Dalam hal ini, makalah akan berfungsi menjelaskan hasil pemecahan (breakdown) topik riset ke dalam beberapa sub topik kecil agar lebih mudah dicerna. Tugas disertasi adalah merangkainya dalam skema pemikiran topik makro.
Saya pernah membaca quote di bawah ini di blog post ini.
Short, focused pieces of writing, like blog posts, are great intermediate steps to larger projects. Writing pieces for a general audience (even an imaginary one) can help you think through your ideas and turn your big project into many smaller projects. When you break down your thesis into tiny, manageable tasks, it does not seem so intimidating.”
Borrowed from: http://www.jakobrdl.dk/pictures/blog/2014_09/PhDComics_AuthorList.png
Borrowed from: http://www.jakobrdl.dk/pictures/blog/2014_09/PhDComics_AuthorList.png
10. Tanya: Apakah salah kalau saya menyimpan disertasi saya sebagai tautan dalam blog saya atau dalam repository terbuka?
Jawab: Tidak masalah. Kenapa? karena hak cipta ada di penulis, bukan dipegang oleh universitas. Anda yang melakukan riset, anda yang berpikir keras, anda pula yang menulis, menerima kritik, jatuh bangun, stress, frustasi, depresi, maka andalah yang paling berhak untuk menentukan akan diapakan disertasi anda.
Namun demikian tetap ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan dan harus ditulis:
  1. Nama universitas sebagai afiliasi dan nama supervisor, (baca ini)
  2. Lembar ucapan terimakasih (acknowledgement), jangan sampai ada pihak yang komplain karena merasa tidak dihargai kontribusinya dalam disertasi anda,
  3. Bila penelitian S3 anda didanai oleh pihak ketiga, anda harus konsultasi dengan mereka. Jangan sampai anda melanggar restriksi masalah data dan publikasi.
Baca blog ini, milik Jon Tennant kawan saya di Twitter yang hari ini Rabu tanggal 5 Oktober 2016 akan melalui ujian S3 di Imperial College of London. Bidangnya paleontologi. Blog postnya sebagai besar adalah tentang penelitian S3 nya tentang nenek moyang buaya dan lika-liku perjalanannya dalam penyelesaiannya.
Borrowed from: http://www.sciencemag.org/site/special/scicomm/infographic.jpg
Borrowed from: http://www.sciencemag.org/site/special/scicomm/infographic.jpg
Silahkan dibaca dan ditambahi bila ada yang kurang atau berikan komentar anda bila ada yang kurang pas.
Terimakasih.

Follow me on Twitter: @dasaptaerwin