Karlina Supelli: Cipta, Rasa, Karsa Manusia Indonesia | Endgame #141 (Luminaries)
Di video ini, Karlina Supelli menekankan pentingnya mengembangkan pemikiran kritis, imajinasi, dan kreativitas pada individu daripada hanya fokus pada persaingan (atas nama daya berkompetisi).
Dia berbagi pengalaman masa kecilnya, tumbuh di Sukabumi, dan hasratnya pada astronomi, yang membawanya untuk mengejar gelar dalam Ilmu Antariksa dan Filsafat.
Bu Karlina juga membahas masalah sistem pendidikan yang kaku di Indonesia, yang hanya fokus pada kurikulum pelajaran daripada pendidikan dalam makna yang lebih, luas serta melibatkan pemikiran yang lebih dalam dan imajinasi. Dia percaya bahwa pendidikan tidak hanya harus mengembangkan intelektual tetapi juga emosi dan EQ, dan menyoroti kebutuhan untuk lebih banyak kerja sama dan berbagi pengetahuan, terutama dengan ahli asing.
Lulusan astronomi ITB ini juga menekankan pentingnya mengembangkan kecerdasan emosional bersama keterampilan kognitif (Kognisi adalah kemampuan mental untuk memproses informasi dan memperoleh pengetahuan melalui pengamatan, pengalaman, dan pikiran) dan mengajarkan pemecahan masalah, menumbuhkan emosi melalui cerita dan bercerita, serta mempromosikan pemikiran yang nuansanya divergen.
Terakhir, dia berargumen bahwa pemikiran kritis serta pemahaman mendasar tentang mencari serta mempertanyakan kebenaran sangatlah penting.
- Menit ke- 01:00:00
- Dalam bagian ini, filsuf Karlina Supelli membahas pentingnya memperkenalkan filsafat dan logika kepada anak-anak melalui teks sastra yang dikemas dengan bahasa yang ramah anak.
- Berbagi pengalamannya tentang bagaimana melatih dan memberik kesempatan anak-anak untuk dapat berargumen secara filosofis dengan perspektif dan bahasa mereka sendiri.
- Menjelaskan bahwa filsafat mengajarkan kita untuk berpikir secara logis, sehingga kita dapat memeriksa setiap klaim dan mengenali setiap potensi ketidaksesuaian.
- Latihan seperti itu diharapkan dapat memunculkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin yang tidak takut bertanya sejak kecil.
- Ilmu harus terbuka dan harus dibuka. Terkait dengan ketakutan Indonesia dengan ilmuan luar negeri. Ilmu yang terbuka dan dibuka akan lebih cepat berkembang. Nasionalisme tidak boleh sempit.
- Pendidikan dibangun untuk meningkatkan daya saing. Daya saing mestinya bukan tujuan, tetapi adalah hasil. Jadi tidak berpusat kepada daya saingnya, tapi berpusat ke manusianya.
- Disiplin sangat diperlukan dan perlu dibentuk sejak kecil. Disiplin, bukan otoriter. Emosi dapat dilatih dengan sastra dan seni (jangan diartikan sempit sebagai pertunjukkan panggung).
- Pelajaran filsafat perlu diberikan sedini mungkin.
- Menit ke- 01:05:00
- Di bagian ini, Karlina Supelli membahas ketidakmatangan pemikiran politik di banyak negara, bahkan di negara-negara seperti Amerika. Dia menyebutkan bahwa orang mungkin melihat negara-negara tersebut sebagai maju dan kuat, tetapi kedewasaan dalam politik yang penting.
- Umumnya, kekuasaan menjadi faktor utama dalam politik, bukan ideologi, dan hal ini terjadi tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara lain. Untuk mempromosikan meritokrasi dan menguntungkan kesejahteraan masyarakat, kekuasaan perlu diarahkan pada kemajuan kolektif daripada kepentingan kelompok atau partai tertentu.
- Kurangnya partai oposisi di Indonesia membuat sulit untuk memastikan bahwa semua partai memiliki bagian yang adil dalam distribusi kekuasaan ini, dan hal ini dapat dilihat di negara seperti Singapura di mana oposisi minim.
- Menit ke- 01:10:00
- Di bagian ini, Karlina Supelli membahas tentang pentingnya sistem hukum yang adil dalam membangun kepercayaan untuk investasi langsung asing dan keberhasilan negara seperti Singapura dalam menciptakan sistem terinstitusionalisasi yang kuat.
- Ia juga membahas tantangan mengubah perilaku dan pentingnya memiliki agen dengan bakat dan integritas di posisi kepemimpinan. Supelli menunjukkan bahwa mengandalkan keyakinan agama saja bukanlah solusi untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, tetapi gabungan dari berbagai faktor diperlukan untuk hasil optimal, termasuk persimpangan antara bakat dan kekuasaan.
- Menit ke- 01:15:00
- Di bagian ini, Karlina Supelli dan Gita Wirjawan membahas pentingnya kesadaran kewarganegaraan (civic awareness) dan integritas dalam mengembangkan individu yang dapat menjadi agen perubahan di Indonesia.
- Mereka menunjukkan bahwa sementara pendidikan agama di negara ini menekankan untuk menghindari dosa agar masuk surga, itu tidak memberi banyak ruang untuk kesadaran kewarganegaraan. Mereka menganjurkan untuk menanamkan nilai-nilai seperti keberanian, akuntabilitas, dan rasa hormat pada orang tua, guru, dan institusi seperti instansi pemerintah untuk membantu individu memahami bahwa kesalahan bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihukum melainkan harus diterima sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
- Mereka menyoroti kasus Singapura, sebuah negara yang telah berhasil menciptakan budaya pelayanan publik berkat nilai-nilai seperti kompetensi, integritas, dan akuntabilitas yang diperkuat dalam semua institusinya.
- Menit ke- 01:20:00
- Di bagian ini, Karlina Supelli membahas tentang pentingnya kompetensi dan kolaborasi dalam membangun tenaga kerja yang sukses. Ia memuji Singapura sebagai contoh negara yang telah memprioritaskan kompetensi, integritas, akuntabilitas, dan kasih sayang (welas asih).
- Ia menekankan perlunya kolaborasi dan kasih sayang untuk bekerja menuju masa depan yang lebih baik. Ia juga mencatat bahwa keadilan tidak dapat dipelajari dengan membaca atau diajarkan, melainkan harus dijalani dan dipraktikkan.
- Supelli menyarankan bahwa Indonesia dapat belajar dari panduan Singapura dan memodifikasinya sesuai dengan budaya yang beragam.
- Menit ke- 01:25:00
- Di bagian ini, Karlina Supelli menekankan perlunya menerima keragaman Indonesia dan memungkinkan setiap wilayah untuk berkembang berdasarkan bakat mereka. Dia memberikan contoh seorang bupati di Yogyakarta yang mengambil kriteria tak terduga dalam menurunkan angka kematian ibu sebagai indikator kemajuan di daerah tersebut. Hal ini mengungkapkan perlunya berbagai komponen bekerja sama untuk menurunkan angka kematian ibu, termasuk infrastruktur fisik, tenaga kesehatan, dan komunitas yang mendukung.
- Dia mempertanyakan mengapa Indonesia masih memiliki angka kematian ibu yang tinggi bahkan setelah beberapa dekade merdeka dan bagaimana hal ini seharusnya menjadi kriteria keberhasilan pengembangan.
- Dia juga menyebutkan bagaimana Singapura telah berhasil menggabungkan dua budaya, yaitu budaya pragmatis dan budaya prinsip, yang telah berkontribusi pada stabilitas mereka selama bertahun-tahun.
- Menit ke- 01:30:00
- Dalam bagian ini, Karlina Supelli membahas pentingnya menjaga keseimbangan antara pragmatisme dan prinsip dalam pengambilan keputusan, terutama dalam kebijakan publik. Meskipun pertimbangan pragmatis sering menjadi prioritas dalam situasi di mana keputusan cepat diperlukan, aspek-etika dan ideologis juga harus diperhitungkan.
- Pandemi COVID-19 adalah contoh situasi di mana pragmatisme memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan, namun penelitian masih dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
- Demokrasi juga dibahas, dan perlunya mempertimbangkan kebutuhan kelompok yang terpinggirkan meskipun fokus pada mayoritas. Pemimpin politik perlu cerdas, berdasarkan data, dan berbelas kasih untuk menjembatani kesenjangan antara data ilmiah dan pengambilan kebijakan.
- Menit ke- 01:35:00
- Di bagian ini, Karlina Supelli membahas peran sulit seorang pemimpin dan apa yang diperlukan untuk meraih kebahagiaan. Dia menekankan pentingnya memiliki beragam pengalaman dan pengetahuan untuk menjadi pemimpin yang efektif.
- Saat mengartikan kebahagiaan, Supelli mencatat bahwa tidak ada definisi yang seragam. Terlepas dari itu, Supelli menyatakan bahwa menemukan makna dan berbuat baik untuk orang lain adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan.
- Percakapan kemudian beralih ke tujuan terbaru Elon Musk untuk menciptakan sistem multi-planetary sebagai solusi potensial untuk ancaman kepunahan massal. Supelli mengakui keinginan yang sudah lama untuk tinggal di planet lain tetapi mencatat tantangan saat ini dalam membuat Mars menjadi tempat yang bisa dihuni manusia, termasuk kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang menghasilkan cukup oksigen. Pindah ke planet lain menimbulkan pertanyaan etis dan bisa menyebabkan lebih banyak ketidaksetaraan antara mereka yang mampu tinggal nyaman di Mars dan mereka yang ditinggalkan di Bumi.
- Menit ke- 01:40:00
- KS membahas dampak manusia pada planet ini dan potensi AI dalam merevolusi cara kita hidup dan bekerja. Alih-alih mencari planet baru, dia berargumen bahwa kita harus mengubah gaya hidup agar bumi punya kesempatan untuk pilih.
- KS mengakui bahwa AI adalah fakta zaman kita dan menyarankan agar kita menerimanya dan mengembangkannya, sambil memahami risiko dan konsekuensi dari implementasinya.
- Juga penting untuk mempertahankan kemanusiaan kita dan menyarankan agar kita belajar bekerja bersama AI sebagai mitra daripada hanya melihat mereka sebagai alat.
- Menit ke- 01:45:00
- KS membahas kebutuhan untuk menerima kemajuan teknologi sebagai bagian dari evolusi peradaban. Dia percaya bahwa manusia akan selalu mampu mengelola teknologi jika terus mengembangkan diri dan mencegah individu-individu yang menghambat diskusi multidisiplin.
- menekankan perlunya pendekatan inter- dan transdisiplin untuk mengatasi dampak teknologi pada masyarakat dan menyarankan agar generasi muda dapat menguasai sains dan teknologi sambil mengembangkan kepekaan emosional dan artistik mereka.
- Pelajaran di sekolah perlu diarahkan untuk mengolah kepekaan pemikiran dan emosi. Contoh ketika belajar sejarah, mestinya bukan hanya fokus ke fakta yang terjadi, tetapi mengembangkan perasaan anak terhadap fakta dan kejadian itu.
- memperingatkan bahwa teknologi berkembang lebih cepat daripada filosofi dan etika dapat beradaptasi, dan oleh karena itu, kehati-hatian yang konstan diperlukan.