BAB 9 MENUTUP DENGAN ABSTRAK DAN JUDUL

Justru bagian ini yang terakhir. Bedakan antara judul dan topik ya. Topik harus konsisten, judul akan fleksibel mengikuti topik. Jadi buat judulnya setelah tulisannya jadi. Judul akan dipandu oleh kerangka penulisan (story board) yang telah anda buat, plus kata kunci-kata kuncinya. Hal lainnya adalah, bagaimana agar judul yang anda tulis mudah ditemukan. Jaman sekarang ada istilah liked by Google. Jadi bagaimana agar makalah anda bisa ditangkap oleh robot-robot web crawler itu berdasarkan kata kunci yang diketik di mesin pencari.

Eye’s the window to your soul: Abstrak adalah jendela makalah

Sepertinya sudah sering sekali saya menulis tentang abstrak. Tapi kesalahan terus saja terjadi. Mudah-mudahan dengan seringnya saya mengingatkan, generasi berikutnya akan lebih baik lagi. Sekali lagi abstrak adalah jendela dari tulisan anda, apakah itu makalah ilmiah, tugas akhir atau laporan proyek. Abstrak biasanya panjangnya antara 200-300 kata. Tapi ini tidak baku ya, hanya kisaran. Mungkin anda akan menemui ada universitas atau panitia konferensi yang menghendaki abstrak sepanjang kurang dari 200 kata atau lebih dari 300 kata. Versi panjang dari abstrak sering disebut Extended Abstract atau Executive Summary (Ringkasan Eksekutif).

Karena Abstrak adalah Jendela sebuah dokumen ilmiah (bisa makalah, laporan, dll), maka isinya harus jelas, tidak berbelit, dan yang terutama berdasarkan fakta, tidak abstrak. Berikut ini adalah beberapa komponen Abstrak. Berikut ini adalah sedikit contoh abstrak hasil diskusi dengan mahasiswa tadi pagi. Masih banyak yang bingung bagaimana menulis abstrak. Isinya pun masih banyak yang kurang paham. Yang jelas abstrak bukan hanya kesimpulan, tetapi “jendela” makalah atau karya ilmiah apapun yang kita buat. Kira-kira skema isinya ada pada gambar di bawah ini.

  • Latar belakang: mengapa anda menulis makalah atau melakukan riset tersebut.
  • Metode: apa saja prosedur sejak pengambilan data, uji laboratorium, hingga analisis. Sertakan jenis alat, piranti keras dan piranti lunak yang anda gunakan, dll. Sebut saja selintas. Detilnya dapat anda sebutkan dalam body text. Percayalah, kalau anda membuat Abstrak yang rinci, maka pembaca akan terus membaca makalah anda hingga halaman terakhir.
  • Hasil: Paragraf yang menceritakan hasil akan mendominasi Abstrak. Ceritakan point-point hasil yang anda dapatkan, ceritakan secara rinci tanpa harus bertele-tele.
  • Signifikansi: Bagian ini sering lupa, padahal ini adalah salah satu kunci agar pembaca tertarik membaca seluruh naskah. Jelaskan apa keberhasilan yang signifikan dari riset anda, apa yang telah anda lakukan yang belum dilakukan sebelumnya. Bagian ini juga kunci agar pembaca mereplikasi metode yang anda gunakan untuk keperluannya.

Berikut beberapa kesalahan yang masih kerap terjadi saat menulis abstrak:

  • masih menyertakan rujukan (nama, tahun) ke dalam abstrak: segera saja dihapus ya.
  • merupakan copy-paste dari Kesimpulan: walaupun hasil atau findings adalah bagian dari Abstrak, tetapi masih ada bagian lain yang harus masuk (lihat komponen Abstrak di atas). Boleh saja anda mencuplik sebagian isi kesimpulan, harus malah, agar abstrak dan kesimpulan selaras, tetapi anda juga harus mempertimbangkan paragraf berisi latar belakang (no 1), metode (no 2), dan signifikansi makalah atau riset (no 4).
  • berbelit-belit: Abstrak harus berisi kalimat yang langsung (straightforward). Abstrak yang berbelit-belit dan tidak dapat dibaca secara cepat hanya akan membuat calon pembaca membatalkan niatnya untuk membaca secara utuh makalah anda.

Berikut ini adalah kisaran jumlah kata yang direkomendasikan dari beberapa sumber:

  • hasil kerja peneliti sebelumnya yang sangat (sangat) signifikan untuk dikisahkan, tentunya tanpa harus menuliskan sitasinya: batasi maksimal 50 kata,
  • apa yang unik dari teori atau pendekatan yang anda gunakan: minimum 40 kata,
  • hasil yang anda dapatkan: bagian ini perlu menggunakan porsi abstrak yang paling besar. Pilih hasil yang paling substantial dan bermakna untuk pengembangan ilmu. Hasil harus disampaikan secara rinci, jangan hanya normatif.

Berikut ini adalah snapshot panduan penulisan abstrak dari akun Twitter Nature (@nature).

<<insert figure>>

Titling is intriguing: Judul sangat menentukan

Kiranya judul sub bab tidak berlebihan, karena judul adalah segalanya. Berikut ini beberapa syarat judul yang efektif:

  • judul harus ringkas tapi mampu mencerminkan isi. Sebisa mungkin, isi dari makalah kita tercermin dari judul. Dampaknya pembaca akan dapat dengan cepat memutuskan apakan akan lanjut membaca abstrak atau akan menutupnya. Lebih parah lagi bila makalah anda dikirimkan ke redaksi jurnal internasional. Karena menggunakan judul yang kurang tepat, makalah anda dapat ditolak karena dianggap tidak sesuai dengan misi-visi jurnal.
    • Agar ringkas, gunakan kalimat aktif yang bersifat deskriptif bukan deklaratif.
    • Gunakan judul yang spesifik agar mampu mencerminakan isi. Tapi jangan terlalu spesifik karena hanya akan membuat judul jadi panjang.
    • Hati-hati bila menggunakan judul yang sifatnya asertif karena pada banyak contoh malah terkesan over-confidence.
    • Judul jangan melebihi 12 kata atau 100 huruf. Tidak ada panduan tentang jumlah kata atau huruf, tetapi gambaran kasar saja batasan psikologis persepsi pembaca mengenai judul yang panjang. Judul yang melebihi jumlah kata atau huruf tersebut dapat dipenggal dengan semicolon atau colon untuk judul gabungan (compound title).
  • judul menarik minat pembaca. Walaupun yang akan kita tulis adalah karya ilmiah, tapi tidak ada larangan kita menggunakan judul yang “eye-catching” dan “ear-catching”. Beberapa sumber menyarankan agar kita sering-sering memantau judul lagu, film, buku yang menarik dan mengadaptasikannya untuk karya kita. Ketertarikan pembaca biasanya dipancing oleh judul yang ringkas dan mudah dibaca.
  • judul mengandung kata kunci yang mudah tertangkap oleh mesin pencari. Nah karena kita bergerak di bidang ilmu kebumian, maka kata kunci yang perlu ada dalam judul adalah:
    • lokasi
    • metode
    • output

Contoh

Abstrak

Mari kita beri catatan terhadap makalah kami,

Spatial analysis of groundwater quality data using geoR and mgcv R-package, authors: Irawan, DE., Akter, F., Vervoort, W., and Prabowo, K., presented in the 2014 Internasional Conference on Math and Natural Science, ITB (dapat diunduh di ResearchGate.net)

Quantitative-spatial analysis has been applied to 295 samples of shallow groundwater quality data from Bandung-Soreang Groundwater Basin (BSGwB) taken in 1997, 1998, 2007, 2010, and 2011. This paper discuss the use of variogram using geoR and generalised additive model (GAM) using mgcv R-package to identify the spatial distribution and mixing process betwee groundwater and Cikapundung river water. The variograms show significant water quality trend in north-south direction, and in the direction to the Cikapundung River. From the GAM tests using gaussian and gamma family, some significant elements can be identified: (1) geological control from Fe, Mn, Na concentration; (2) agricultural control from NO_2_, NO_3_ concentration; and (3) other surficial control from EC, CO_3_, CO_2_, SO_4_ concentration. Both analysis suggest the close interaction between groundwater and river water and the occurrence of mixing between both.

Berikan catatan pula untuk abstrak berikut ini.

Groundwater and River Water Interaction on Cikapundung River: Revisited, authors: Darul, A., Irawan, DE, and Trilaksono, NJ, presented in the 2014 Internasional Conference on Math and Natural Science, ITB (dapat diunduh di ResearchGate.net).


Abstract. A preliminary observation indicates the change of flow regime in the Cikapundung riverbank from previous observation in 1997. There were 24 measurement points, distributed along the riverbank at Sangkuriang (Dago) to viaduct segment. This field measurements were taken in March, April, and May 2014 using portable instruments. Six parameters were measured: water level, temperature, total dissolved solids (TDS), electro-conductivity (EC), dissolved-oxygen (DO), and pH. Preliminary finite difference model in the effluent flow regime has marked 3.5 km northward shift from the previous known boundary. The model is unable to detect similar shift at the south boundary. Moreover, water quality parameters indicate an averagely 15% increase in TDS and EC. Also some DO and pH readings exceed the permissible limit. These values suggest a lifted groundwater mineralization from organic and non-organic sources and change of chemical stability. The source, however, is still under further examination.

Judul

Mari kita kritisi bersama dua judul makalah penulis:

Groundwater-surface water interactions of Ciliwung River streams, segment Bogor-Jakarta, Indonesia (dapat dilihat dan diunduh di ResearchGate.Net akun Dasapta_Irawan)

  • Jumlah kata: 10 dan jumlah huruf: 98. Telah memenuhi syarat ringkas.
  • Spesifik: telah menjelaskan beberapa hal berikut:
    • lokasi: Ciliwung River streams, segment Bogor-Jakarta, Indonesia. Catatan: dalam hal ini terdapat setidaknya empat kata lokasi: Ciliwung, Bogor, Jakarta, dan Indonesia. menambahkan satu kata “Indonesia” sangat penting agar dapat ditemukan oleh Google.
    • metode: tidak tercantum, karena tidak ada metode khusus atau baru, maka kami putuskan tidak memasukkan bagian ini.
    • output: outputnya adalah bagaimana kita mengetahui interaksi antara air tanah dan air permukaan (groundwater-surface water interactions). Namun demikian bila melihat panduan di atas, maka bagian output ini kurang spesifik, mestinya ada kata, misalnya “tiga zona interaksi”.
  • Menarik minat pembaca: agaknya ini masih kurang, mengingat setiap hari akan muncul judul-judul sejenis. Untuk itu dapat dimasukkan komponen penarik, misalnya: “penurunan kualitas air” atau “penurunan kualitas lingkungan” atau yang sejenisnya. Berikut ini ada beberapa contoh judul makalah yang sebidang dengan makalah tersebut di atas. Data ini kami dapatkan dari “Google Alerts”, fasilitas dari Google Scholar untuk memberikan notifikasi melalui email, bila ada makalah yang mengandung kata kunci tertentu (misalkan: “groundwater and river interaction”).
    • Importance of stream infiltration data for modelling surface water–groundwater interactions, J Batlle-Aguilar, Y Xie, PG Cook – Journal of Hydrology, 2015.
    • Monitoring groundwater-surface water interaction and nutrient mass exchange in the riparian corridor of the lower Arkansas River Valley, Colorado, AP Huizenga – 2015.
    • Groundwater-Surface Water Interactions in Three Utah Watersheds M Barnes, T Stout, H Tennant, B Neilson – 2015.
    • On the use of rhodamine WT for the characterization of stream hydrodynamics and transient storage, RL Runkel – Water Resources Research, 2015

Bisakah anda sarikan komponen-komponen judulnya?