
Dalam dunia birokrasi yang rumit, mencapai tujuan bersama seringkali terasa seperti mendaki tangga yang menjulang tinggi. Banyak individu merasa kerdil di hadapan struktur yang menjulang itu, setiap anak tangga tampak begitu jauh dari jangkauan.
Beberapa orang, frustrasi dengan ketinggian tangga tersebut, memutuskan untuk menempa jalan mereka sendiri. Mereka membawa tangga pribadi – terbuat dari kayu, sempit, dan hanya mampu menopang satu orang – berusaha untuk naik secara individu, tanpa mempedulikan perjuangan orang lain. Yang lain, dengan ambisi yang lebih besar, menciptakan mesin terbang, terbang di atas tangga birokrasi, metode mereka unik dan individual.
Namun, upaya-upaya individu ini seringkali terbukti tidak memadai, membuat banyak orang terdampar dan tujuan bersama tidak tercapai. Menjadi jelas bahwa pendekatan kolektif diperlukan. Sekelompok individu, menyadari keterbatasan solusi individu, mulai bekerja sama. Mereka mengumpulkan sumber daya dan membangun tangga tambahan, tetapi tangga-tangga ini berbeda. Tangga-tangga tersebut lebih pendek, dengan anak tangga yang lebih banyak, membuat pendakian lebih mudah bagi semua orang. Dan pastinya bisa jadi jalan naik untuk banyak orang. Mereka mendorong kolaborasi, saling membantu untuk naik, mendukung mereka yang goyah, dan memastikan tidak ada yang tertinggal (idealnya begitu).
Melalui upaya kolektif ini, tangga yang sebelumnya tampak mustahil untuk didaki mulai terlihat lebih mudah dicapai. Jalan menuju tujuan bersama, meskipun masih menantang, menjadi sebuah perjalanan bersama, sebuah bukti kekuatan kolaborasi dalam mengatasi rintangan birokrasi.
Teringat dulu ada dosen senior di kampus saya, ibu-ibu, mungkin sekarang sudah purnatugas. Beliau bilang “Rintangan itu hakikatnya adalah jalan“. Kalau sedang sehat dan segar, mungkin kita bisa menerima pesan itu. Tapi harus diakui, kalau sedang sakit dan capek, pasti kita akan putar balik. 😀