Konon katanya jadi dosen atau peneliti harus banyak (pintar) nulis. Tapi saat nulis kita terlalu banyak mikir. Akibatnya mikirnya terus-terusan tapi tulis tidak pernah jadi….
Writing
Konferensi berbiaya rendah. Mungkinkah?
1. Mayoritas konferensi membutuhkan biaya besar
Konferensi sekarang telah menjadi salah satu kegiatan yang memerlukan biaya besar. Ini bukan hanya dari komponen pengindeksan Scopusnya saja, yang memang perlu biaya, tapi juga dari komponen penyelenggaraannya. Banyak sekali pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. Pengadaan acara di hotel-hotel mewah disertai paket-paket wisata dan yang sejenisnya. Menurut tabel data konferensi terindeks Scopus/WoS ini, maka sejak tengah tahun sampai akhir tahun 2017, setiap minggu ada satu kegiatan konferensi.
Terindeks Scopus bagus, tapi …
Pendahuluan
Beberapa waktu lalu saya dan Sdr Achmad Zulfikar menginisiasi tabel database berisi International Conference (IC) yang terindeks Scopus, WoS atau Thomson Reuters. Semua even dilaksanakan di Indonesia. Tabel tersebut dapat diakses dan disunting oleh siapapun. Artinya semua orang dapat menambahkan IC yang belum masuk dalam daftar.
Saat ini telah ada sebanyak 60 IC terindeks S/W/TR Periode Mar-Dec.
Panduan memilih jurnal terpercaya
Pendahuluan: Beberapa pertanyaan yang sering saya terima
Setiap minggu, saya mendapat beberapa pertanyaan dari kolega dan mahasiswa tentang bagaimana memilih jurnal yang terpercaya. Pertanyaan yang paling sering sampai ke saya adalah:
- apakah jurnal X predatory?
- apakah jurnal X open access?
- apakah mengirimkan makalah ke jurnal X bisa cepat terbit?
- saya membayar USD 500 ke jurnal X, apakah jurnal itu bagus?
- jurnal X terindeks Scopus, tapi kok masuk daftar Beall’s list of predatory journal?
Mengorek jumlah makalah berbahasa Indonesia dalam basis data DOAJ dan Bank Dunia
Berawal dari “Negara penghasil ilmu pengetahuan”
Saya sangat tertarik dengan blog post Prof. Hendra Gunawan tentang “Negara penghasil ilmu pengetahuan”. Di dalamnya mentor saya ini menyampaikan data yang diambil dari basis data ScimagoJR.
Kita terlalu sering menghindar …
Masih tentang #Permenristekdikti2017
Hati-hati memberi label “abal-abal” dan “asal riset”
Terbangun malam hari untuk membaca pernyataan “seseorang” tentang “jurnal abal-abal” dan “asal riset”. Konteksnya pasti Permenristekdikti itu.
Ini pendapat saya.
Maaf suntingan masih kurang rapih. (sudah saya rapihkan)
Pengelolaan jurnal ilmiah: konvensional vs open access bagian 3
Jadi bagaimana sikap kita as a living breathing and proud Indonesian scientists? FYI, justru bagian ini yang jadi lebih dulu dalam artikel ini. Jadi bagaimana…
Pengelolaan jurnal ilmiah: konvensional vs open access bagian 2
Article Processing Cost (APC)
Sebelum saya membahas hal ini secara ringkas, saya akan copy paste kan beberapa cuitan (tweet) dari kawan Twitter saya Prof. Erin Mckiernan yang berkerja di National Autonomous University of Mexico. Cuitannya tentang keprihatinan seorang peneliti dari negara maju yang sedang bekerja di institusi pendidikan di Mexico, sebuah negara yang menurutnya memiliki akses terbatas terhadap material ilmiah.
Pengelolaan jurnal ilmiah: konvensional vs open access bagian 1
Bahwa mengelola jurnal ilmiah adalah sebuah bisnis.
Tulisan ini dilatarbelakangi masih banyaknya pertanyaan dari akademia tentang jurnal open access (OA). Sebenarnya apa jurnal OA itu dan bagaimana model bisnisnya, mengapa kita dianjurkan untuk OA, dst. Selain itu dengan terbitnya Permenristekdikti No. 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor terjadi gelombang “keresahan” yang mestinya sudah diantisipasi oleh Si Pembuat Kebijakan. Keresahan ini yang kemudian diharapkan bertransformasi menjadi energi positif untuk menghasilkan karya, yang tidak hanya sebatas kepada artikel di jurnal internasional.
Berikut sedikit yang bisa saya sampaikan. Tentunya pendek-pendek dan bersambung ya.