(Phillips and Pugh, 1984, How to get a PhD, Open University Press, Buckingham – Philadelphia)
Menurut para reviewer jurnal berpengalaman, yang pernah saya baca dari berbagai sumber, baik sumber primer maupun sekunder seperti di forum diskusi-diskusi ini (RG1, RG2, RG3, RG4, RG5), originalitas dapat dibagi menjadi dua golongan besar:
- Golongan yang pertama, dan yang mudah dicapai, biasanya adalah karya yang menampilkan hasil yang baru. Hasil yang disampaikan tidak mengikuti hasil-hasil yang sebelumnya pernah dibahas atau ditulis oleh peneliti atau penulis sebelumnya. Dalam ilmu kebumian bisa diambil contoh mudah. Ada satu lokasi yang mengandung satu sesar (patahan) besar. Selama ini sesar tersebut selalu disebut sebagai sesar geser yang homogen di sepanjang bagiannya. Nah, anda sebagai peneliti kesekian, mendapatkan beberapa bukti yang menyatakan bahwa ada segmen tertentu yang lebih cocok disebut sebagai sesar normal. Atau contoh lain, anda datang di satu wilayah perkotaan di tepi pantai yang telah mengalami intrusi air laut dalam bentuk zona. Data anda yang lebih rapat, membuktikan bahwa intrusi air laut tersebut mengikuti jalur-jalur unik menjari. Dari data geofisika, anda dapati bahwa jalur-jalur air asin tersebut mengikuti alur-alur sungai purba yang menjorok ke laut. Pastinya ada banyak contoh lain yang bisa anda cari.
- Golongan yang kedua adalah karya ilmiah yang menggunakan pendekatan, teknik, atau metode baru, yang sekaligus mampu menyampaikan hasil-hasil yang unik. Pendekatan itu dapat membantu pengembangan ilmu secara signifikan. Bisakah anda cari contoh yang seperti ini. Tidah harus rocket science atau Nobel prize research ya.
Jadi pilihan anda saat akan menentukan topik riset adalah:
- apakah akan melebar, membuat generalisasi (going wide) atau
- apakah akan mendalam, menelaah suatu fenomena secara rinci (going deep).
Tapi sepertinya memang tidak pernah ada formula pasti. Semua akan berakhir dengan tarik-menarik kepentingan ideal (ingin jadi yang pertama), dukungan pendanaan, ketersediaan fasilitas (laboratorium, perangkat ukur, komputer dll), serta keterampilan kita sendiri (misal: pemrograman).
Pendapat lain dari Phillips and Pugh dalam bukunya yang berjudul Hot to get a PhD terbitan Open University Press pada tahun 1984 (masih dicari bukunya), menyatakan bahwa ada 12 cara macam originalitas, walaupun terus terang saya perlu waktu untuk mencari contohnya, yaitu:
- Menjadi yang pertama kali menyampaikan informasi
baru, - Mengembangkan atau berkolaborasi dalam kegiatan riset yang
sedang berjalan, untuk menghasilkan hal-hal baru, - Mengerjakan ulang (mereproduksi) hasil karya orang lain, yang ternyata menghasilkan informasi baru,
- Menciptakan produk (barang) baru, atau mengembangkan yang telah ada sebelumnya untuk menambahkan nilai atau fungsi yang baru,
- Melakukan reinterpertasi teori yang sudah ada, dalam konteks yang berbeda,
- Mendemonstrasikan originalitas dengan menguji ide milik orang lain,
- Mengerjakan riset empiris yang belum pernah dikerjakan sebelumnya, misal membuat kuesioner tentang suatu hal yang belum pernah diuji sebelumnya,
- Menggunakan pendekatan metode yang berbeda untuk menjawab masalah,
- Membuat sintesis informasi dengan cara yang berbeda,
- Menyusun interpretasi baru dari data atau informasi
yang telah ada. Sepertinya ini biasa terjadi di bidang /geosains/. - Mereproduksi suatu riset pada konteks yang berbeda, untuk bidang geosains, misalnya mencoba suatu metode yang
pernah dilakukan di luar negeri ke suatu lokasi di Indonesia yang
mirip kondisi geologinya, - Mengaplikasi ide yang sudah ada di lokasi yang baru. Ini juga kerap kita lihat di bidang geosains,
- Mengembangkan perangkat atau teknik multi disiplin
untuk memecahkan suatu masalah, - Mengembangkan portofolio riset, berisi kerangka historis, plus dan minus, sejenis literature review, yang dapat memberikan kontribusi kepada khasanah ilmu pengetahuan,
- Mengadakan kajian yang belum pernah diriset sebelumnya,
- Membuat analisis kritis terhadap hasil riset yang belum pernah diuji keabsahannya,
Baca juga bagian kedua.