Kemiskinan dan akses air bersih

Author:

Oleh: Achmad Darul dan Dasapta Erwin Irawan

Kemiskinan dan akses air bersih

Hubungan antara akses air (kuantitas dan kualitas) berhubungan dengan kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari dua arah. Dari arah kemiskinan menuju kemampuan mengakses air bersih, atau dilihat dari rendahnya kemampuan untuk mengakses air bersih yang mengakibatkan kemiskinan.

Perspektif 1: kemiskinan yang menurunkan kemampuan mengakses air bersih

Kemiskinan dapat menyebabkan kurangnya akses air bersih melalui berbagai faktor yang saling terkait. Studi telah menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara kemiskinan dan akses yang tidak memadai terhadap sumber air yang aman, terutama di daerah pedesaan (Mkondiwa et al., 2013). Persentase penduduk yang tidak memiliki akses air bersih telah digunakan sebagai proksi kemiskinan, yang menyoroti hubungan yang erat antara kemiskinan dan akses air (Nene et al., 2014). Hubungan ini lebih ditekankan oleh penilaian kerentanan sistem sumber daya air, yang mengindikasikan dampak kemiskinan terhadap ketersediaan dan aksesibilitas air bersih (Hamouda et al., 2009). Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun terdapat hubungan yang jelas antara kemiskinan dan kurangnya akses air bersih, beberapa studi lebih fokus pada aspek lain seperti kemiskinan energi dan peta kesesuaian penampungan air hujan, yang tidak secara langsung terkait dengan dampak kemiskinan terhadap akses air (Shadeed et al., 2019; Al-Tal et al., 2021). Sebagai kesimpulan, kemiskinan secara signifikan berkontribusi terhadap kurangnya akses air bersih, terutama di komunitas pedesaan dan rentan. Interaksi antara kemiskinan dan akses air menekankan perlunya intervensi dan kebijakan yang ditujukan secara khusus untuk mengatasi kedua masalah ini secara bersamaan, dengan demikian meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan secara keseluruhan dari penduduk yang terkena dampak.

Kemiskinan akan menyangkut daya beli untuk membeli air bersih atau membeli layanan yang dapat mendatangkan air bersih (seperti memasang saluran PDAM atau membeli rumah di daerah dengan layanan air bersih). Kalau warga tidak mampu membeli air atau membeli layanannya, maka air bersih tidak dapat diakses.

Masalah lebih dalamnya adalah, warga miskin/kemiskinan umumnya akan berkumpul membentuk kawasan kumuh/slum area. Area ini biasanya sejak awal memang tidak ditujukan untuk menjadi daerah pemukiman. Akibatnya area tersebut tidak memiliki jaringan air bersih, sebagaimana wilayah lain yang sejak awal memang didesain sebagai wilayah pemukiman.

Situasi tersebut diperparah dengan bertambahnya warga miskin baru akibat urbanisasi. Hal tersebut akan membuat kualitas area kumuh menjadi makin buruk. Beban jaringan/layanan air bersihnya makin berat, karena pemerintah punya anggaran terbatas.

Kemiskinan yang terstruktur

Kemiskinan struktural menciptakan siklus yang mempertahankan kemiskinan lebih lanjut dan mengurangi akses ke air bersih. Interaksi antara kemiskinan dan akses air sangat kompleks dan beragam. Studi telah menunjukkan bahwa kurangnya akses ke air bersih sering kali terkait dengan kemiskinan, dengan Water Poverty Index (WPI) digunakan sebagai alat untuk menilai tekanan air di daerah miskin (Koirala et al., 2020). Dinamika kemiskinan dan akses air lebih lanjut diilustrasikan di wilayah seperti Southern African Development Community (SADC), di mana reforma agraria dan kemiskinan saling berhubungan dengan akses ke sumber air bersih (Nene et al., 2014).Selain itu, model dinamis manusia-air konseptual untuk Bangladesh pesisir menyoroti perangkap kemiskinan air, menekankan hubungan yang rumit antara ketersediaan air, kemiskinan, dan kondisi lingkungan (Borgomeo & Salehin, 2017). Selanjutnya, penilaian indikator tingkat layanan untuk sistem pasokan air menekankan pentingnya akses ke pasokan air yang memadai sebagai strategi kunci untuk mengurangi kemiskinan (Oluwasanya et al., 2021). Pengembangan peta kemiskinan air berbasis GIS dan peta kesesuaian pengumpulan air hujan di wilayah Laut Mati juga menekankan faktor-faktor lingkungan, sosioekonomi, dan politik yang berkontribusi terhadap kemiskinan air (Shadeed et al., 2019). Temuan-temuan ini secara kolektif menunjukkan hubungan yang rumit antara kemiskinan struktural dan perannya dalam mempertahankan kemiskinan lebih lanjut sambil mengurangi akses ke air bersih.

Perspektif 2: Rendahnya kemampuan mengakses air bersih yang menyebabkan kemiskinan

Kurangnya akses terhadap air bersih merupakan faktor yang signifikan dalam menyebabkan kemiskinan. Minimnya sumber air bersih mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, terutama di negara-negara berkembang. Telah diamati bahwa individu di daerah pedesaan lebih rentan menggunakan sumber air yang terkontaminasi, memperburuk dampak kemiskinan (Adelodun et al., 2021). Orang miskin sering mengidentifikasi kurangnya akses terhadap air sebagai penyebab utama kemiskinan, dengan menekankan pentingnya meningkatkan akses air untuk mengurangi kemiskinan (Mkondiwa et al., 2013). Selain itu, kurangnya akses terhadap sumber air bersih tetap menjadi masalah utama di berbagai wilayah, memberikan ukuran penting terhadap kemiskinan (Nene et al., 2014). Dampak kekurangan air terhadap pertanian dan produksi pangan lebih lanjut memperburuk kekurangan gizi dan kemiskinan, terutama di wilayah yang kekurangan air (Falkenmark, 2013). Selain itu, penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air sering dikaitkan dengan kemiskinan, sumber daya yang terbatas, dan status sosial ekonomi rendah, menyoroti efek merugikan dari akses air yang tidak memadai terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan ekonomi (Collins & Duffy, 2018).

Warga mendapatkan pendidikan yang rendah, termasuk pendidikan tentang air bersih, karena miskin. Terbiasa hidup seadanya dan minimnya pendidikan menyebabkan warga tidak paham bagaimana air yang bersih. Selanjutnya ketika pendidikan minim, maka kesempatan kerja jadi mengecil, yang berakibat pendapatan rendah. Kemudian siklusnya berputar kembali.

Karena akses air bersih minim, maka warga menjadi tidak sehat. Sering sakit menyebabkan kualitas hidupnya menurun. Kemampun berpikir untuk bersekolah dan bekerja juga menurun. Akibatnya prestasinya ikut turun. Ini menyebabkan kesempatannya untuk memperbaiki nasib dari sekolah/pendidikan atau dari pekerjaan yang layak menjadi menyempit, rentan dikeluarkan dari sekolah atau diberhentikan dari pekerjaannya. Akibatnya warga menjadi miskin.

Jadi dari sisi yang berbeda, kita juga dapat melihat bahwa karena keterbatasan akses air bersih, maka warga bisa menjadi miskin. Rutenya memang lebih panjang. Tapi asal mulanya adalah kemiskinan struktural atau singkatnya kemiskinan yang diturunkan.