Dasapta Erwin Irawan,
Institut Teknologi Bandung
Outline
- 1 Pendahuluan
- 2 Menemukan Indonesia?
- 3 Bagaimana kondisi saat ini?
- 4 Libatkan penulis yang berafilisasi lembaga di Indonesia
- 5 Penutup
This blogpost was my perspective on how important it is to include the word “Indonesia” in every part of a (scientific) document to increase its online (scientific) visibility.
Gambar 1 Loupe dari flickr/alainbachellier
Tulisan pendek ini adalah lanjutan dari tulisan saya berjudul Mengangkat nama Indonesia dari tulisan. Bila ingin format pdf-nya, bisa mampir ke [sini]{http://goo.gl/9PJpWD). Kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana Indonesia ditemukan
. Karena saya bukan ahli sejarah, maka kata-kata tersebut mohon tidak diartikan secara harfiah.
1 Pendahuluan
Memang bagian ini tidak wajib. Tapi saya suka dan harus membuat pendahuluan.
1.1 Search Engines
Apakah search engine itu?
Search engine adalah Google. Itu untuk mudahnya. Ini sebenarnya adalah aplikasi yang bertugas mencari dan menganalis apa saja yang dimasukkan penggunakan di kolom pencari (search column).
Apakah ada selain Google?
Ada:
1.2 Scientific databases
Apa lagi ini?
Kalau anda ingin mencari secara spesifik material sainfitik, anda bisa menggunakan scientific databases. Dua diantaranya adalah:
1.3 Bagaimana aplikasi itu bekerja?
Kalau bertanya secara teknisnya, saya tidak bisa menjawab, karena bukan lulusan IT atau computer science. Yang jelas aplikasi-aplikasi tersebut akan mencari kata kunci yang telah dimasukkan oleh pengguna.
Mereka akan membuka database dan mencocokkan dokumen mana yang mengandung kata kunci itu.
1.4 Di bagian mana mencarinya?
Pertanyaan bagus. Di sinilah mulai saya bahas “bagaimana Indonesia ditemukan”
Let’s do a role playing.
2 Menemukan Indonesia?
Ready?…
Let’s do a role playing.
Sebut saja anda adalah mahasiswa S3 di salah satu perguruan tinggi (PT) di luar negeri (LN). Anda ingin meneliti tentang air tanah di Bandung, maka ia akan mencoba membuat literature review. Apa ini? Baca di sini, di sini, dan di sini.
Untuk itu ia mulai membuka beberapa database saintifik, sebut saja Google Scholar dan Scopus. Kalau ingin tahu lebih banyak, tentang Scopus bisa baca dan unduh slide saya di SlideShare.
Ia mulai mengetik beberapa kata kunci:
- “air tanah Indonesia”
- “air tanah Bandung Indonesia”
- “air tanah Bandung”
- dst
Apa yang sama dari ketiga kata kunci di atas? Lokasi bukan. Ia mungkin akan mencari informasi dalam skala Indonesia, kemudian turun ke skala Kota Bandung.
Apa yang ia harapkan muncul? Makalah ilmiah yang judulnya mengandung kata-kata Bandung
dan atau Indonesia
bukan.
Jadi begitu besar pengaruh menyebut lokasi dalam judul. Kalau anda menulis apa saja, yakinkan bahwa anda sudah menyebut lokasi dalam judul.
Di mana lagi kata-kata Indonesia ditemukan oleh mesin pencari?
Mungkin akan ditemukan di bagian abstrak. Jadi saat menulis yakinkan ada lokasi dalam abstrak anda.
Di mana lagi?
Di bagian kata kunci (keywords) yang biasanya di bawah abstrak.
Ada lagi?
Ya, di bagian afiliasi penulis. Kalau anda lihat makalah ilmiah, maka afiliasi penulis biasanya tertulis setelah nama penulis atau kadang di bagian bawah kiri halaman (lihat gambar berikut).
Gambar 2 Anatomi paper. Diambil dari akun ResearchGate saya
3 Bagaimana kondisi saat ini?
3.1 Jumlah publikasi ilmiah
Bagaimana kondisi saat ini? Berapa banyak paper atau makalah yang ditulis oleh orang Indonesia atau orang-orang yang berafiliasi Indonesia?
Saya sampaikan saja hasil kompilasi dari database Scopus oleh Prof. Hendra Gunawan (Guru Besar Matematika ITB) dalam tweetnya berikut ini.
Gambar 3 Daftar peringkat perguruan tinggi produktif dalam membuat paper (menurut database Scopus)
Mohon tidak melihat institusi, namun lihatlah Indonesia secara keseluruhan. Masih kalah jauh bukan dengan tetangga sendiri, Malaysia.
Oya, hasil tersebut sangat mungkin akan berbeda bila kita menggunakan database Google Scholar (GS) atau Microsoft Academics (MA).
Kenapa?
Karena Scopus utamanya mencari informasi berjenis peer-reviewed paper atau prosiding seminar yang didaftarkan ke Scopus, sementara pencarian GS dan MA tidak hanya pada dua jenis paper tersebut.
3.2 Jumlah mahasiswa Indonesia di luar negeri
Berapa jumlahnya? Mari kita lihat informasi berikut.
Program ini merupakan program panjang yang berkelanjutan oleh LPDP, dimana setiap tahunnya mereka memberangkatkan 3.000 putra putri terbaik bangsa.
"Tahun 2015 nanti diperkirakan jumlah lulusan yang pulang mencapai 900 orang, dan target yang diharapkan pada tahun 2030, LPDP melahirkan 60.000 pemimpin bangsa," ujar Direktur LPDP, Eko Prasetyo.
Dikutip dari laman Facebook LPDP
Jumlah di atas hanya dari Beasiswa LPDP. Masih ada banyak beasiswa lainnya, dari
- Dikti,
- Biro Kerjasama Luar Negeri Dikbud (maaf masih menggunakan nama kementerian yang lama karena sering gonta-ganti),
- dll.
Sekarang apa hubungannya jumlah mahasiswa di luar negeri?
Akan saya jelaskan. Sabar.
3.3 Jumlah mahasiswa di LN vs jumlah publikasi?
Bukankah bagus banyak anak muda Indonesia menuntut ilmu di luar negeri.
Apa hubungannya dengan jumlah publikasi yang rendah?
Saya tidak menyangsikan dampaknya kepada Indonesia. Saya hanya akan menyoroti satu elemen saja kegiatan ilmiah mahasiswa kita di LN.
Kegiatan apa itu?
Menulis makalah ilmiah.
Apa pula masalahnya?
Ingat gambar anatomi paper (Gambar 2) dan ingat pula bagaimana mesin pencari menemukan Indonesia. Salah satunya adalah di afiliasi penulis. Mari kita lihat beberapa kemungkinan berikut:
- Kasus no 1: Sang penulis adalah mahasiswa di PT dalam negeri (DN) dengan lokasi penelitian di LN.
Tidak perlu dibahas, karena jarang sekali terjadi.
- Kasus no 2: Sang penulis adalah mahasiswa di PT dalam negeri (DN) dengan lokasi penelitian di Indonesia.
Maka mestinya ia akan menuliskan kata-kata Indonesia
pada bagian judul, abstrak, dan kata kunci makalah.
Maka Paper ini akan muncul dalam pencarian dengan kata kunci seperti di atas.
- Kasus no 3: Sang penulis adalah mahasiswa di PT LN dengan lokasi penelitian di Indonesia
Maka ia akan menuliskan kata-kata Indonesia
pada bagian judul, abstrak, dan kata kunci makalah.
Maka Paper ini akan muncul dalam pencarian dengan kata kunci seperti di atas, tapi tidak akan menambah jumlah paper berdasarkan institusi dalam daftar di Gambar 3.
Lho kenapa? akan saya jelaskan.
- Kasus no 4: Sang penulis adalah mahasiswa di PT LN dengan lokasi penelitian di LN
Ini sangat sering terjadi.
Maka ia tidak akan menuliskan kata-kata Indonesia
di bagian manapun dalam papernya.
Maka paper tersebut tidak akan muncul dalam pencarian dengan kata kunci seperti di atas.
4 Libatkan penulis yang berafilisasi lembaga di Indonesia
Kita akan fokus ke kasus no 3 dan 4. Pada kasus no 3, paper akan muncul dalam pencarian dengan kata kunci Indonesia
tapi tidak akan menambah daftar pada Gambar 3, karena afiliasi yang tertulis dalam paper pasti afiliasi PT LN.
Untuk kasus no 4, paper hanya akan muncul bila penulis mencantumkan afiliasi lembaga Indonesia.
Bagaimana caranya?
Saat yang terpikir hanyalah melibatkan penulis dengan afiliasi lembaga di Indonesia. Idealnya si penulis tambahan ini harus bekerja di lembaga yang milik pemerintah Indonesia yang berlokasi di Indonesia. Ajak mantan pembimbing anda atau rekan anda yang sedang menuntut ilmu di Indonesia.
Tidak ada salahnya bukan.
Apakah supervisor anda di LN setuju?
Asal anda menyampaikan dengan baik, tidak ada alasan buat profesor itu untuk menolak. Selama urutan penulisnya betul.
** Kenapa?** baca tulisan saya tentang [Authorship}(http://goo.gl/yQZ9Tr) di sini dan di sini.
Jadi letakkan nama mitra penulis tambahan ini sesuai perannya, yang mestinya (most likely) akan jatuh di paling belakang. Tidak masalah bukan.
Dengan cara ini mesin pencari akan menemukan paper anda, one way or another.
5 Penutup
Begitulah cerita pendek ini. Cerita tentang Menemukan Indonesia. Mohon maaf bila masih banyak kesalahan (typos) dan kekurangan di sana-sini. Maaf juga gambar berukuran jumbo masih belum di-resize.
“Maklum masih draft 1”, kata mahasiswa saya yang sedang tugas akhir.
Salam, Erwin Institut Teknologi Bandung Find me on twitter (@dasaptaerwin)
Naskah ini dibuat dengan R-markdown.