WTF: Menguji benang merah dalam naskah

Author:

Table of Contents

Blog post ini adalah bagian dari Buku “Menulis (ilmiah) itu menyenangkan”, yang ditulis berdua oleh saya dan istri saya. Ilustrasi oleh: Fusi. Naskah ini ditulis dengan Emacs org-mode dalam format text dan sama sekali tidak menggunakan word processor, apa lagi Ms Word.

1 Tulisan harus mengalir

Kalau di Indonesia benangnya berwarna merah, kalau di negeri seberang dinamai silver lining. Terlepas dari warnanya, di sini kami ingin menyampaikan bahwa menulis itu tidak bisa sekali jadi. Harus diulang-ulang agar jadi lebih baik, terutama di bagian alur penulisan. Harus diyakini alur tulisan terhubung dari awal hingga akhir, dan bermuara ke judul. Sebagaimana air, tulisan harus mengalir, dari awal (bab pendahuluan) hingga akhir (bab kesimpulan). Cara mudahnya adalah anda tinggal memberikan draft makalah anda kepada seseorang yang belum pernah membacanya. Mudah memang, tapi malu juga kan kalau kondisinya masih penuh carut-marut. Oleh karenanya anda perlu memeriksanya terlebih dahulu, setidaknya tiga kali.

Draft ke-1 - baca - edit - Draft ke-2 - baca - edit - Draft ke-3.

2 Writing is iterative: Menulis tidak sekali jadi

Menulis itu adalah proses iteratif, berulang terus-menerus. Kalau anda menulis hari ini, mungkin anda akan tertawa terbahak-bahak saat membacanya kembali lima tahun kemudian. Jadi jangan mudah “ngambek” kalau tulisan anda ditolak oleh suatu jurnal, sudah biasa itu. Di sisi lain, jangan mudah menyerah bila merasa “mentok” dan tidak ada sepatah katapun yang mengalir. Mungkin anda perlu berhenti sejenak, memikirkan hal lain. Atau, cara saya ini, coba tinggalkan PC atau laptop anda, ambil kertas dan pena, mulailah menulis dengan itu. Menulis (jotting) atau menggambar skema, kerangka penulisan, atau apapun, kuras pikiran anda. Esok hari coba lihat lagi di depan PC atau laptop. Kemungkinan besar, anda bisa mulai menghasilkan satu dua paragraf, bahkan mungkin lima halaman setelahnya. Coba lihat peta konsep (concept map) yang mengisahkan proses iteratif dalam menulis berikut ini, dari UWC Writing Centre. writingprocess Figure 1: Proses menulis yang iteratif Menurut gambar tersebut, menulis diawali dengan ide, mungkin ide kasar. Kemudian mulailah ada kerangka penulisan, selanjutnya berkembang menjadi kalimat. Kumpulan kalimat membentuk sub bab. Kumpulan sub bab pada akhirnya membuat bab. Tidak berhenti di situ. Saat menguji benang merah anda perlu juga meninjau ulang keterkaitan:

  • antar kata dalam satu paragraf,
  • antar paragraf dalam satu sub bab,
  • antar sub bab yang satu dengan yang lain dalam bab yang sama,
  • antar bab sejak Bab Pendahuluan hingga Bab Kesimpulan.
benangmerah Figure 2: Menguji benang merah

Anda dapat membuat suatu skema sebagai berikut bila diperlukan. Cara saya ini mungkin memudahkan anda untuk memeriksa kembali alur substantif sejak pertanyaan riset, hipotesis, analisis, hingga pada akhirnya disimpulkan. Menulis itu perlu latihan. Bila anda baru memulai, memang seolah-olah prosesnya terlalu panjang. Tapi percayalah, makin sering anda menulis, maka pola kerja anda akan semakin otomatis dan spontan. Tiba-tiba anda sadar, dapat menulis berlembar-lembar dalam waktu singkat. Menulis juga penuh dengan kritik dan masukan, karenanya anda tidak boleh mudah “pundung”. Dengarkan kritik, catat, dan lupakan sementara waktu. Sleep on it. Lihat lagi bermacam kritik tersebut esok hari saat sudah tenang. Percayalah, lebih baik anda menerima banyak kritik yang pada akhirnya akan membuat tulisan anda lebih baik. Daripada anda merasa karya sudah lengkap dan sempurna, kemudian dijatuhkan oleh para pakar saat anda menyampaikan dalam forum ilmiah atau sidang sarjana/tesis/doktor.

3 Storyboard test: Menguji alur tulisan

Masihkah anda mengingat tentang storyboard dan storytelling yang telah saya sampaikan pada bab-bab awal. Ada baiknya anda membuat skema penulisan secara substantif, sejak latar belakang hingga kesimpulan, contohnya seperti dalam skema berikut ini.

alurpikir Figure 3: Menguji alur pikir