Gulung (scroll) ke bawah untuk rekaman videonya.
Pagi ini saya akan menyampaikan prinsip-prinsip sains terbuka di Pusdatin Kemristek-BRIN. Mengenai judul, ada kawan baik yang memberitahu kalau mestinya “telantar” bukan “terlantar” menurut KBBI.
Pikiran saya yang acak
Karena pikiran saya sangat acak, maka saya memilih untuk merancang slide tidak dengan Google Slides seperti orang normal, tetapi dengan OneNote (sayangnya bikinan Microsoft). OneNote adalah satu-satunya aplikasi buatan Microsoft yang saya pakai setiap hari. Bukan karena gaya, karena ingin memaksimumkan fasilitas yang diberikan institusi. Ini adalah contoh pertama praktek ringan yang bertentangan dengan sains terbuka. 🙂
Kelebihan aplikasi model OneNote ini adalah kemampuannya untuk mengakomodasi individu-individu acak seperti saya. Kita bisa merancang dokumen tanpa urutan dan tata letak yang baku. Terserah anda.
Hal umum
Sains terbuka
- Istilah yang “baru” digaungkan (open science, open access, open data, open method, open source, open xxx)
- Sebenarnya bukan barang baru
- Karena anda pasti ingat ini:
- Sampaikanlah dariku walau satu ayat (HR. Bukhari)
- Al Baqarah 159
- Dll (lihat video Youtube Ismail Wekke)
- Tetapi adalah kegiatan yang seharusnya dilakukan dengan kesadaran pribadi dan/atau komunal.
Sains terbuka pada semua tahapan
- Terbuka saat perencanaan, implementasi, diseminasi.
- Terutama untuk kegiatan yang didanai publik.
- “Terbuka” bukan hanya masalah akses, tetapi juga konten.
Sains terbuka setiap tingkatan
Findable (level terendah)
Accessible
Interoperable and Reproducible (level tertinggi)
Di sini kita selalu memiliki konflik kepentingan. Antara memecahkan masalah dengan mendapatkan pengakuan. (flickr CC-0)
Sains terbuka mencoba menempatkan posisi barang publik tetap sebagai barang publik, tidak berubah menjadi barang privat (flickr CC-0).
Dengan sains terbuka, maka ide akan tersebar. Akan ada banyak yang belajar darinya. Dan pada akhirnya (mungkin) akan membantu anda. (flickr CC-0)
Rute publikasi: siapa yang paling banyak mengeluarkan modal dan siapa yang mendapatkan paling banyak keuntungan (tautan).
JADI LESTARIKAN SAINS ANDA. JANGAN TERLANTARKAN UNTUK ALASAN PRESTISE.
Contoh isu Corona Virus
Di sini kita melihat bagaimana isu kesehatan mendominasi pencarian daring. Kita lihat juga bagaimana intensitasnya bila dibandingkan dengan isu lain, “banjir” (flood) misalnya. (tautan)
Kita terkagum-kagum dengan Peta Penyebaran Virus Corona Real Time dari JHU ini, sementara di saat yang sama selalu ragu (atau enggan atau bahkan malas) untuk membagikan slide presentasi secara daring atau meminta panitia menyebarkan luaskan slide.
Menggunakan Dimensions saya mencoba mencari tahu dokumen-dokumen terkait Virus Corona. Berikut hasilnya.
Berikut adalah catatan publik dan visual saya dalam acara seminar tentang virus Corona di ITB kemarin (catatan publik).
Hasil diskusi
Kesimpulan dari pemaparan Pak Andika Fajar (Kepala Pusdatin) dan Pak Hendro Subagyo (Kepala PDII LIPI) terangkum dalam catatan visual berikut ini.
Kesimpulan hasil diskusi FGD 1 tentang Repositori Ilmiah Nasional (RIN) dan kaitannya dengan Sistem Informasi Ilmiah Nasional (SIIN).
Referensi
Dalam bentuk blog post/web:
- https://sainsterbuka.carrd.co/
- https://www.sainsterbuka.com/
- https://sainsterbukaua.github.io/files/sains-terbuka-intro-template.pdf
- https://medium.com/open-science-indonesia/
- dll
Dalam format artikel:
Dalam bentuk video (tidak hanya ini):