Kami tidak perlu Scopus 3

Author:

Diskusi terus berkembang setiap hari tentang ini.

Kalau memang tujuan dari mendaftarkan seminar/konferensi adalah agar makalah lebih mudah dicari, maka apakah tidak ada layanan lain yang lebih ekonomis? Dan bila memang itu tujuannya, mengapa tulisan “indexed by Scopus” lebih sering dipertanyakan dibandingkan substansi seminarnya?

Diskusi terus berkembang mengenai hal ini setiap hari. Terkadang saya juga berpikir, sampai kapan selesainya, dan sampai kapan energi saya masih tersisa untuk menulis opini seperti ini :).

Banyak yang bertanya kepada saya atau mengkritik. Tidak hanya satu dua orang, dari berbagai level keilmuan dan jabatan. Saya sengaja mengingatnya untuk melihat variasi responnya:

  1. Kalau kebetulan terindeks Scopus/WoS lantas apakah membuat panitia dan seminar jadi salah? Salahnya atau masalahnya ada di mana?
  2. Scopus/WoS kan memang tidak menjadi kualitas makalah, jadi tidak perlu dibesar-besarkan lah. Kebetulan saja seperti itu.
  3. Bukankah semua melakukan? Lantas salah panitia di mana?
  4. Tahun-tahun sebelumnya dengan harga segitu banyak yang daftar kok, kenapa tahun ini dimasalahkan?
  5. Bukankah itu yang diminta pemerintah (baca: Kemristekdikti)?

Anda memang terus akan bertanya, kenapa Scopus/WoS terus-terusan dipermasalahkan, karena anda bukan salah satu dari golongan berikut:

  1. Mahasiswa S3 yang syarat lulusnya adalah makalah dalam jurnal terindeks Scopus atau Q-Q an, tapi tanpa bimbingan dan arahan yang benar dari pembimbingnya.
  2. Mahasiswa S3 yang dananya terbatas dan hanya memahami bahwa satu-satunya cara agar makalahnya dapat terbit di media ilmiah adalah dengan membayar sejumlah uang kepada penerbit (baca: APC, article processing cost).
  3. Dosen yang sedang menyusun usulan kenaikan jabatan, yang pemahamannya tentang jurnal sama dengan golongan ke-1 dan ke-2.
  4. Dosen yang bahkan masih bingung akan memulai dari mana? Ia bahkan tidak tahu bahwa Kemristekdikti setiap tahun telah meluncurkan dana riset ratusan milyaran.
  5. Dosen yang masih berpikir bahwa Scopus semacam sertifikasi yang menjadi bagian baku dalam menerbitkan jurnal atau prosiding seminar.

Tulisan ini memang tidak sempurna, karena itu mohon masukan. Anda bisa menuliskannya pada kolom komentar atau tulislah blog post anda sendiri. Sekali-sekali meluangkan waktu untuk blogging kan tidak ada salahnya. Memberikan variasi hidup, tidak hanya menulis makalah tingkat Scopus saja :).

Tapi karena