Masih menyoal hal yang sama “Pamerkan isinya bukan jurnalnya”

Author:

Masih menyoal hal yg sama.

Ketika ada yang berkomentar, “tugas dosen sudah banyak, jangan ditambah lagi”, saya melihatnya dari sudut yang berbeda.

Menyebarkan paper yg baru terbit, sama halnya saat kita mengumumkan sedang ada di lokasi wisata. Kebanyakan dari kita hanya membuat swafoto (selfie), unggah ke Instagram, dan selesai.

Ada berapa banyak wisatawan yang berswafoto di Raja Ampat. Ada berapa pula yang menceritakan kalau daerah itu adalah terumbu karang. Bahwa kondisinya jutaan tahun yang lalu seperti terumbu karang di Bunaken.

Pasti tidak banyak yang melakukan itu.

Apakah repot? Ya pasti lebih repot dari sekadar senyum dan berpose.

Padahal yang perlu dilakukan hanya googling sebentar, untuk menjawab keingintahuan. Zaman sekarang apa yang tidak muncul kalau digoogle.

Kalau googling yang pertama dapat menarik perhatian, maka setiap orang dapat googling lebih dalam.

Artinya apa?

Mungkin rasa keingintahuan kita memang rendah (bukan belum optimal). Ya rendah saja. Tapi tidak bisa disalahkan wong mereka sedang tamasya. 😃

Tapi di sisi lain, kita sering terpukau ketika berkunjung di toko buku Periplus di Bandara. Ada banyak sekali buku tentang alam Indonesia yang ditulis oleh orang asing. Isinya kebanyakan berawal dari foto yang cantik dengan narasi yang memukau. Dalam hati saya sering berpikir, lah, bukankah kita sering melakukan ini? Swafoto di lokasi wisata, tapi tanpa narasi.

Yang kedua. Keinginan kita untuk bercerita atau menarasikan pengalaman yg rendah. Ya rendah saja, bukan kurang optimal.

Pernahkah Anda bertanya ke para remaja tentang acara konser atau apapun yang baru saja mereka alami? Jawaban dari mereka kalau tidak “seru” ya “asyik”. Sudah itu saja.

Kebanyakan hanya ingin diakui bahwa pernah ke tempat itu. Tapi jarang ada yang ingin membuat orang lain tahu, bagaimana rasanya berada di tempat itu, mengeksplorasi sajian mata dan hati yang sedang dijalani.

Repot? Pasti.

Kembali ke awal. Apa repot menarasikan paper yg baru terbit?

Ya pasti repot dibanding SEKADAR bilang papernya terbit di jurnal Q1.

Tapi bukankah menyenangkan dan melegakan kalau Anda bisa membuat banyak orang tahu, apa manfaat menabrak-nabrakkan partikel di CERN.