Apa pernah anda memperhatikan seorang tuna netra memesan ojek online? Seperti foto di bawah ini. Gelap. Panduan mereka hanya suara.
Kemarin adalah giliran saya. Awalnya dia (sayangnya saya tidak sempat menanyakan namanya) agak bingung dengan posisi menunggunya yang agak ke jalur penurunan penumpang. Saya tarik tangannya agar mundur sedikit.
Kemudian saya lihat memegang ponsel terbalik, sisi yang menempel di telinganya adalah sisi punggung ponsel. Saya tanya, “mau pesan ojek online?” Ia menjawab, “iya pak. Tadinya saya akan menawarkan diri membantu, tapi tidak jadi saat ia bilang, “Mau tahu caranya?” Mukanya menunjukkan rasa bangga.
“Iya boleh pak”, jawab saya.
Dia mulai lagi menempelkan punggung ponsel ke telinga. Rupanya ini karena speaker ponsel memang biasanya menghadap ke belakang. Jarinya terlihat sibuk menekan-nekan tombol aplikasi. Sesekali dia menggeser (swipe). Jadi dia sudah memasang suara khusus untuk setiap operasi. Antara geser dan tekan, beda suaranya. Akhirnya dia berhasil mendapatkan sopir ojek. Tak lama si supir menelpon.
Saya bilang, “keren pak, salut saya. Apakah aplikasinya sudah lengkap fiturnya untuk tunanetra?”
Dia bilang belum. Menurutnya aplikasi kurang fitur yang menarasikan proses pemesanan. Akan lebih bagus kalau ada “voice over” yang menjelaskan posisi pemesanan dan proses lain, terutama pemberitahuan lokasi pemesan. Seringkali sinyal ponsel sedang ngaco sehingga posisi pemesan bergeser beberapa ratus meter.
Tidak lama, saya pun pamit berlalu sambil terus bersyukur sekaligus tertunduk malu, salut dengan semangatnya.
Allah Maha Besar.