Mengenang Jon Tennant

Author:

Saya menulis pesan ini dalam Bahasa Indonesia, karena Jon sedang belajar Bahasa Indonesia. Suatu saat, ia meminta saya untuk sesekali mengirimkan pesan dalam Bahasa Indonesia agar dia bisa berlatih. Saya membuat pesan ini tetap bisa dibaca dalam Bahasa Inggris oleh keluarga dan rekan-rekan Jon (link to the English version: https://hackmd.io/@dasaptaerwin/r1ZJSj0w8)

Pertama, saya ingin menyampaikan berduka cita saya kepada keluarga dan rekan-rekan yang mengenal Jon. Saya tidak bisa mengungkapkan sepenuhnya apa yang saya rasakan. Saya yakin ada banyak yang merasakan hal yang sama. Dalam cerita ini saya akan berusaha keras untuk menyisipkan humor di tengah perasaan sedih, karena Jon pasti akan melakukannya.

Saya mengenal Jon pertama kali, bukan karena aktivitasnya di sains terbuka, tapi karena penelitiannya tentang dinosaurus. Keluarga buaya tepatnya. Saya menyenangi blogging dan waktu itu di tahun 2013, saya berada dalam kebosanan dan mencari patron blogger di bidang geologi.

Saya menemukan blog personal Jon (http://fossilsandshit.com/), setelah beberapa kali membaca artikel Jon di blog EGU (https://blogs.egu.eu). Artikel yang pertama kali menarik perhatian saya adalah tentang keunikan dinosaurus (https://blogs.egu.eu/network/palaeoblog/2013/11/13/a-double-whammy-of-dinosaur-awesomeness-pun-totally-intended/).

Saya punya kebiasaan menyimpan artikel atau material daring lainnya yang menarik perhatian saya. Jadi pertama kali saya tahu Jon, adalah di tahun 2013. Tidak perlu waktu lama, saya menjadi pengikut Twitternya (@protohedgehog). Memang tidak pernah ada yang normal dengan Jon. 😀 Ini pelajaran pertama dari Jon yang sepertinya tidak akan bisa saya adaptasi.

Pesan pertama darinya tentang sains terbuka adalah di sini http://fossilsandshit.com/every-time-you-publish-behind-a-paywall-a-kitten-dies/. Bahkan orang yang bukan penggemar kucingpun, akan membaca artikel itu sampai selesai saat menemukan judul.

Ini pelajaran kedua, buatlah judul yang menarik. :D

Lama menjadi pengikut senyap, pada akhirnya saya memulai komunikasi dengannya di Twitter. Berikut ini adalah tweet pertama saya ke Jon (https://twitter.com/dasaptaerwin/status/675462738051641345?s=20). Saya bertanya tentang cara menampilkan data Altmetric untuk makalah kita. Saya melihat daftar makalah di blognya menampilkan data Altmetric di sampingnya. Sejak itu komunikasi saya mengalir. Akun Twitter yang sudah saya buat sejak 2010 (twitter.com/dasaptaerwin), menjadi aktif dan menemukan topiknya. Saya mencuit tentang hidrogeologi, geologi, sains terbuka, dan terakhir sketchnote. Sejak itu pula jejaring pertemanan saya bertambah banyak. Dulu saya tidak mengira banyak akademia menggunakan Twitter. Ada sebuah pesan di sini.

Pelajaran ketiga, gunakan media sosial untuk keperluan akademik.

Setiap hari ada saja yang keluar dari akun twitter @protohedgehog. Suatu hari Jon mengirimkan surel ke saya. Hampir setahun setelah kami beberapa kali saling menyapa di twitter. Intinya dia ingin mewawancarai saya tentang kondisi sains terbuka di Indonesia. Awalnya saya tidak yakin, karena saya seorang newbie. Tapi tidak ada satupun kalimat dari Jon yang menempatkan saya sebagai seorang newbie. Singkat cerita setelah beberapa surel kemudian, terbitlah artikel ini (https://blog.scienceopen.com/2016/09/dasapta-erwin-irawan-the-state-of-open-science-in-indonesia-and-how-to-drive-change-to-make-research-better-for-everyone/). Saya bukan penutur asli Bahasa Inggris, tentunya saya menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan penggunakan kata atau struktur kalimat dalam setiap jawaban saya. Tapi ini jawaban dia.

Pesan keempat adalah jangan lupa untuk selalu menyemangati orang lain.

Darinya saya makin yakin bahwa untuk maju, seseorang harus memiliki inisiatif dan keberanian untuk mengawalinya.

Pesan kelima adalah menjadi seorang inisiator pasti melelahkan.

Jon memberikan banyak contoh eksplisit mulai dari inisiatif untuk menulis dokumen bersama (https://f1000research.com/articles/6-1151/v1) sampai menggerakan banyak orang untuk membuat Open Science MOOC (https://opensciencemooc.eu/).

Di sini saya belajar, bahwa si pemegang inisiatif harus mau bekerja untuk orang lain, sebelum pada akhirnya akan ada orang lain yang ikut berpartisipasi.

Saya kadang heran darimana datangnya energinya untuk mengerjakan itu semua. Tapi itu semua menginspirasi saya untuk menulis artikel ini (https://jurnal.ugm.ac.id/bip/article/view/32920) dan bersama-sama para rekan membuat Wibisana – Wawasan Terbimbing Sains Terbuka. Sayangnya platform Eliademy berhenti beroperasi dan kami belum sempat memindahkan arsip MOOC ke platform lain (mohon bersabar).

Yang paling akhir.

Pesan keenam: selalu membantu, walaupun itu hanya sebuah kalimat penyemangat.

Lihat saja cuitannya menjawab pertanyaan saya tentang Altmetric.

@Protohedgehog @altmetric: could you direct me to links on how to do that.— Dⓐsapta Erwin Irawan (@dasaptaerwin) December 11, 2015

Itu saja yang bisa saya bagikan kepada para keluarga Jon dan rekan-rekannya. Bahwa kehadirannya sangat berarti dan ketidaktiadaannya akan sangat dirindukan.

Selamat jalan Jon. Kamu sudah memberikan sangat banyak untuk banyak orang. Sekarang saatmu untuk beristirahat, ada jalan yang lebih tenang telah dibukakkan untukmu. Nikmati perjalanan. Kamu layak mendapatkannya.

@dasaptaerwin (twitter.com/dasaptaerwin)