— updated blogpost —
Isu internasionalisasi vs dampak kepada masyarakat
Banyak pihak bilang bahwa “buat apa mengejar publikasi internasional, kalau tidak berdampak kepada masyarakat”. Dari satu sisi, pendapat ini sangat benar. Saya sangat mengerti bahwa pendekatan kemasyarakatan akan lebih penting dari pendekatan ke-scopus-an. Dari sisi yang lain, saya takut pendapat ini akan dianggap sebagai penghindaran.
Penghindaran apa? ya macam-macam:
- penghindaran untuk menulis dalam bahasa (selain) Bahasa Indonesia. PS: Sengaja saya tidak menyebut Bahasa Inggris karena ada juga yang berkomentar, “mengapa harus Bahasa Inggris?”;
- penghindaran untuk melakukan benchmarking terhadap standar pendidikan tinggi internasional;
- penghindaran untuk bersaing.
Dari beberapa pengalaman pribadi dan setelah mengikuti beberapa materi, baik secara online maupun offline (ITB kebetulan rutin mendatangkan nara sumber dari LN untuk menyampaikan materi “komunikasi ilmiah”), saya menarik benang merah, yaitu komunikasi. Dengan mengkomunikasikan, bahasa salesnya adalah “marketing”, maka kita sekaligus dapat menjangkau (reach out) kepada kalangan yang lebih luas, termasuk masyarakat awam. Tentunya sejauh mana jangkauan ini akan sangat ditentukan oleh bidang ilmu atau fokus riset kita. Ilmu kriya misalnya pastinya akan menjangkau masyarakat lebih luas dibanding astronomi misalnya. Di bawah ini adalah beberapa catatan yang saya dapatkan minggu lalu.
Mengkomunikasikan (marketing) makalah
Minggu ini saya belajar banyak mengenai hal di atas:
- Dari workshop LPPM ternyata banyak tool gratis utk mensosialisasikan makalah ilmiah. Salah satunya yg sdh saya coba adalah Growkudos dan ID peneliti ORCID (sdh lbh dari setahun sy punya kalau ini). Growkudos ini sangat lengkap piranti tracking dan analytic pengunjungnya. You wouldn’t believe how diverse the reader of your scholarly doc came from. Anda bisa mengetahui siapa saja dan dari negara mana saja yang pernah mengunjungi tautan abstrak atau full paper anda, sekaligus bagaimana publikasi anda disebarkan via media sosial (FB, Twitter, Linkedin). Di sini juga, Growkudos mengenalkan indikator popularitas baru selain citation index, yakni Altmetrics (silahkan klik tautan untuk penjelasan lebih jauh).
- Dari kawan-kawan Twitter saya, ternyata ada platform riset open source yg menyediakan media utk menulis progress, mengunggah data , mengundang kontributor, yaitu Open Science Framework Platform. Saya mulai mendorong para mahasiswa di sekitar saya (khusunya dari Teknik Air Tanah) untuk menggunakan platform ini dalam riset tugas akhirnya sejak tahap disain, hingga nantinya implementasi dan ujian sidang. Dengan platform ini (beserta platform open science lainnya, seperti repositori online Figshare atau Zenodo Sangat mungkin karya kita disitasi sejak awal, tanpa perlu menunggu hingga dipublikasikan. Platform ini jg menyediakan sub aplikasi khusus utk mengorganisir konferensi.
Berikut ini adalah beberapa snapshotnya. Selamat mencoba.
Orcid
ID peneliti dibutuhkan agar identitas kita tidak tertukar dengan peneliti lain yang namanya mirip bahkan sama. Semacam CV berjalan. Berikut tampilannya.
Growkudos
Dengan platform ini anda dapat menceritakan makalah anda dalam bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Anda juga dapat menambahkan tautan pelengkap untuk menjelaskan makalah anda, misal: tautan data, slide ppt, dll. Tool ini ibaratnya kata pengantar dari makalah anda. Bila pembaca mudah memahami dokumen anda, maka peluang untuk disitasi akan lebih besar. Berikut beberapa tayangan dari akun Growkudos saya.
Altmetrics
Altmetrics adalah perangkat yang dikembangkan untuk mengukur popularitas suatu dokumen ilmiah di media sosial. Makin tinggi skor altmetrics menunjukkan bahwa dokumen kita banyak dibagikan di media sosial, tautan paper telah dikunjungi, abstrak telah dibaca dll. Saya akan ceritakan lebih dalam kapan-kapan.