Tentang bahasa dan reputasi

Author:

Konteks

Pagi ini saya sedang merevisi artikel kami yang diharapakan terbit di Jurnal European Science, hasil peninjauan putaran keduanya adalah revisi kecil (minor revision). Artikel yang saya tulis bersama Juneman Abraham, Olivier Pourret dan Jon Tennant (alm) tersebut, bertujuan untuk melihat perbedaan (disparitas) antara artikel bidang ilmu kebumian yang ditulis dalam Bahasa Inggris dan yang ditulis dalam bahasa lainnya. Artikel pendek ini sendiri merupakan sebagian dari apa yang kami ceritakan di dalam artikel tersebut.

Basis data yang digunakan

Kami menggunakan basis data Dimensions, Scopus (akses disediakan oleh ITB), Garuda, Google Scholar, Lens, dan Web of Science/WoS (akses disediakan oleh CNRS Perancis). Di dalam WoS kami juga melihat basis data nasional/regional yang diintegrasikan di dalamnya, yaitu: Korean Citation Index (KCI), Russian Science and Citation Index (RSCI), dan Scielo.

Terkait WoS, saya ingin cerita sedikit. Selain Core Collection, di dalam WoS juga ada beberapa basis data national yang diintegrasikan ke dalamnya, diantaranya ada: Korea Selatan – Korean Citation Index (KCI), Rusia – Russian Science and Citation Index (RSCI), Amerika Latin – Scielo. Basis data tersebut dikelola oleh masing-masing negara, sebelum kemudian diintegrasikan di dalam WoS. Tentunya data tetap berasal dari masing-masing negara. WoS hanya mengolahnya. Beginilah kurang lebih kalau ada basis data dari Indonesia (misal: Garuda) kalau diintegrasikan ke WoS. Masalah integrasi ini akan saya bahas lebih rinci pada kesempatan lainnya.

https://images.unsplash.com/photo-1614107151538-f4510e697ba8?ixlib=rb-1.2.1&q=85&fm=jpg&crop=entropy&cs=srgb

Dari Unsplash CC0

Scopus

Dalam basis data Scopus ada 3.583.663 dokumen bidang ilmu kebumian. Sebanyak 830.193 dokumen diantaranya OA dan sebagian besar 797.502 dokumen ditulis dalam Bahasa Inggris.

WoS Core Collection

Di dalam Core Collection didapatkan artikel bidang ilmu kebumian sebanyak 1.928.448 (3%), dengan 21% (402,217 dokumen) diantaranya berjenis OA. Sementara yang ditulis dalam Bahasa Inggris sebanyak 394,609 dokumen atau 98% dari total dokumen OA. Di sini dapat dilihat bahwa artikel dalam bahasa selain Inggris hanya 2%. Di bawah Bahasa Inggris ada Bahasa Spanyol (‎2.277 dokumen), ‎Portugis (‎1,967 dokumen), ‎Rusia (‎912 dokumen), dan Perancis ‎(‎730 dokumen).‎

Korean Citation Index (KCI)

Di dalam KCI ada 13.071 dokumen ilmiah bidang ilmu kebumian (kurang lebih 1% dari total dokumen dalam KCI), hanya 1705 (13%) dokumen yang Open Access (OA). Diantara dokumen OA, hanya ada 317 (19%) dokumen yang ditulis dalam Bahasa Inggris. Artinya ada 81% dokumen ditulis dalam Bahasa Korea (1388 dokumen).

Russian Science and Citation Index (KCI)

Berikutnya di dalam RSCI ada 35.370 (2%) dokumen bidang ilmu kebumian. Sebanyak 3908 (11%) berjenis OA dan 217 (6%) diantaranya dalam Bahasa Inggris. Jadi ada 94% dokumen ditulis dalam Bahasa Rusia (94%).

Scielo

Dalam basis data Scielo ada 5,3% dokumen ilmu kebumian (46.336 dokumen). Seluruhnya OA dan ada 53% diantaranya yang ditulis dalam Bahasa Inggris (24.558 dokumen).

Garuda

Sekarang kita lihat Garuda. Per hari ini terdata ada 1.329.437 dokumen dan seluruhnya OA. Sayangnya filter bidang ilmu tidak tersedia di Garuda. Tapi dengan menggunakan beberapa kata kunci yang paling mungkin ada dalam artikel ilmu kebumian, ada setidaknya 3% artikel bidang ilmu kebumian.

Jadi kondisinya sama saja untuk negara atau bangsa yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pertama. Kita selalu akan diminta memilih menulis dalam Bahasa Nasional masing-masing atau Bahasa Inggris. Mestinya masalah bahasa tidak menjadi ukuran untuk menentukan reputasi suatu makalah. Seperti halnya di Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Latin. Rasanya peneliti/dosen Korsel dan Rusia juga tidak “meremehkan” koleganya yang tidak menulis artikel dalam Bahasa Inggris. Tapi tidak tahu lagi kalau di dua negara itu ada regulasi yang secara eksplisit menempatkan artikel dalam Bahasa Inggris di atas artikel dalam Bahasa Nasionalnya.

Catatan

Kalau kita perhatikan ada dua kutub. Di dalam Scopus dan WoS artikel dalam Bahasa Inggris terlihat lebih banyak. Namun perlu diingat populasi jurnal yang ada di dalamnya tidak banyak. Tidak menggambarkan seluruh jurnal ilmiah yang ada di dunia. Ini disebabkan kriteria seleksi yang diterapkan dua basis data tersebut.

Walaupun tidak pernah dipersyaratkan bahwa artikel harus ditulis dalam Bahasa Inggris (cukup judul dan abstrak), tapi pada kenyataannya mayoritas jurnal yang masuk Scopus adalah jurnal dengan artikel sepenuhnya dalam Bahasa Inggris.

Menurut kami fenomena di atas mungkin berkaitan syarat lainnya yaitu bahwa jurnal yang mendaftar ke Scopus harus pernah disitir dalam artikel lain yang terbit di jurnal yang ada dalam Scopus.

Para pengelola jurnal mungkin berpikir bahwa agar disitir oleh jurnal yang terdaftar di Scopus (yang mayoritas berbahasa Inggris), maka jurnal tersebut juga harus menerbitkan artikel dalam Bahasa Inggris.

Sekarang mari kita memikirkan ulang kebiasaan kita dalam mencari referensi.

  • Apakah hanya menggunakan basis data tertentu yang mayoritas berisi karya dalam Bahasa Inggris?
  • Apakah kata kunci yang kita masukkan hanya dalam Bahasa Inggris?
  • Apakah kita hanya memprioritaskan membaca makalah yang ditulis dalam Bahasa Inggris?

Kalau jawaban Anda mayoritas adalah “ya”, maka Anda akan melewatkan sebagian besar pengetahuan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia.

Language and reputation