membaca bukan mengeja
Seringkali membaca dianggap sebagia aktivitas mengeja saja. Tidak mengherankan kalau membaca bisa jadi obat tidur. Semenit kita membaca, lalu tertidur di menit berikutnya.
Seringkali juga kita merasa membaca sudah belasan halaman tapi tidak ada yang masuk ke dalam pikiran. Seolah membaca … ya hanya seperti mengeja saja.
D – a = da
D – u = du
kenapa saya menulis ini?
Penyebabnya ya yang sudah saya ceritakan di atas. Saya juga mengalaminya. Membaca adalah mengeja. Jadi apa yang dibaca susah sekali diingat. Sering tertidur juga.
bagaimana caranya?
Intinya pikiran anda harus bekerja aktif saat membaca
. Untuk itu perlu ada aktivitas lain selain hanya mengeja alfabet yang ada di kertas atau pdf.
dengarkan bacaan anda
Biasanya anda membaca sambil mendengarkan musik atau podcast dalam format suara atau video. Banyak orang ini resep jitu saat membaca. Buat saya dan mungkin anda, resep ini tidak berlaku. Yang kita pikirkan jadinya bukan apa yang kita baca, tapi apa yang kita dengarkan.
Jadi kenapa kita tidak membaca saja satu makalah atau bab keras-keras, merekamnya, lalu mendengarkannya berulang-ulang.
Seperti gurauan ya, tapi sebenarnya ini mungkin cocok untuk anda. Mendengarkan bacaan. Barangkali anda belum tahu, kini para penulis buku banyak yang merilis versi audio book. Beberapa orang bersuara bagus
(misal penyiar radio) juga menyediakan layanan berbayar
untuk membuat versi audio book dari bahan bacaan anda.
gambar bacaan anda
mencatat
Sebenarnya yang saya maksud adalah mencatat. Tapi kalau anda hanya menulis apa yang anda baca, maka hasilnya ya sama saja. Anda hanya akan memindahkan tulisan di kertas atau pdf, ke kertas atau buku anda. Bukannya tidak boleh atau tidak bermanfaat. Bagus saja bagi beberapa orang. Lanjutkan kalau anda memang cocok dengan cara ini. Kebiasaan membuat catatan pinggir di halaman buku atau makalah adalah kebiasaan yang bagus.
bullet points
Perkembangan dalam teknik mencatat adalah bullet point
. Anda hanya mengambil kata kunci dan membuat strukturnya secara sistematis. Ada kata kunci induk
, ada kata kunci anak
. Kata kunci anak suatu saat bisa jadi kata kunci induk ketika kontennya sudah berkembang.
Sejalan dengan pola pikir yang tidak linear. Cara lainnya adalah membuat mind map
atau keterkaitan kata. Beberapa orang mengartikan mind map adalah catatan kata kunci yang tidak sistematis. Jadi bukan berupa bullet point
.
Dalam mind map akan selalu ada kata kunci induk dan kata kunci anak. Tapi penulisannya tidak harus secara sistematis. Sistematika yang diungkapkan penulis orisinal, bisa saja tidak anda ikuti. Sistematika yang baru dapat anda buat dengan menggambarnya menjadi sebuah mind map.
Perbedaan antara sebuah mindmap dengan bullet points biasa adalah estetikanya. Walaupun bullet points dapat anda buat berwarna-warni, tapi dalam sebuah mind map anda bisa lebih bebas menggambar.
Ya di sini unsur menggambar sudah masuk.
Sebuah mind map adalah gambar yang di dalamnya memunculkan hubungan antara kata kunci yang anda ekstrak dari sebuah bacaan. Jadi anda dapat menggambar obyek apa saja sebagai titik fokus atau awal mula perjalanan kata kunci anda.
Biasanya orang membuat sebuah pohon atau sesuatu yang mirip pohon. Kata kunci induk berfungsi sebagai batang, kata kunci anak menjadi cabang-cabangnya. Makin kecil cabang, makin jauh jaraknya dari batang.
Lalu anda bisa mewarnainya seindah mungkin sesuai dengan selera anda.
Kurang lebih begitu.
menggambar
Bagi sebagian orang yang lebih senang menggambar, pikirannya akan lebih aktif ketika jari-jemarinya tidak hanya diam ketika membaca.
Kalau anda senang menggambar, ya gambar. Jangan ragu. Intinya adalah anda dapat membuat semacam alur penceritaan dari apa yang anda baca. Ini bedanya antara membuat catatan, membuat mind map, dengan menggambar.
Dalam gambar yang beralur itu, anda dapat menambahkan tulisan-tulisan yang berkaitan, agar pembaca lebih memahami konteks.
Anda dapat menggambar apa saja untuk mengisahkan bacaan anda. Anda dapat menggunakan analogi atau perumpaan misal: sisi baik digambarkan sebagai orang (stick figure
) dan sisi buruk digambarkan sebagai seekor buaya.
Perumpamaan itu yang nantinya akan diingat oleh pembaca
.
Ingat ya anda menggambarkan isi bacaan, bukan melukis
.
Jadi bentuk-bentuk geometri sederhana dapat digunakan. Orang, misalnya dapat digantikan dengan stick figure
istilah untuk lingkaran dan garis yang menggantikan figur orang. Berbagai aktivitas dapat digambarkan oleh stick figure atau stick man
.
mencatat untuk anda
Mencatat adalah untuk anda sendiri
. Bukan untuk orang lain. Jadi ketika membuat catatan, jangan terlalu banyak pikiran untuk menyenangkan orang lain. Jangan. Nanti malah anda jadi terbebani untuk membuat catatan anda sebagus mungkin dibandingkan anda menggambarkan apa yang anda baca.
Ketika ada orang lain bisa memahami catatan anda, maka bagus. Tapi orang itu tidak harus sepakat dengan catatan anda. Ia dapat membuat catatannya sendiri.
Jadi tahap berikutnya adalah apakah catatan anda dapat mempengaruhi orang lain
.
Sekali lagi buat catatan untuk anda sendiri.
lalu bagikan
Seringkali yang membuat anda mengingat isi sebuah bacaan adalah percakapan yang terjadi setelah anda membaca
. Di era media sosial, daripada anda hanya membagikan foto ketika anda sedang membaca, kenapa tidak membagikan apa yang anda baca. Bukan hanya foto buku yang anda baca, tapi juga isinya.
Apa yang anda bagikan? Bisa catatan, mind map, atau gambar yang anda buat sebagai hasil anda membaca.
Beberapa orang, yang juga membaca buku atau makalah yang sama, mungkin saja akan membantah catatan anda. Tapi sebagian yang lain mungkin akan tertarik juga untuk membaca. Anda bisa menceritakan secara naratif, apa yang membuat buku atau makalah itu menarik untuk dibaca.
Dan seterusnya.
Makin banyak percakapan yang timbul dari catatan anda, makin anda memahami apa yang anda baca
.
Jadi mulailah mencatat, membuat mindmap, atau menggambar bacaan anda.
Jangan berhenti.
Semboyannya adalah saya berpikir, maka saya mencatat/menggambar
.