Book for Life
Artikel blog ini menyampaikan beberapa pertimbangan yang perlu Anda pikirkan saat akan menulis atau menerbitkan sebuah buku.
Kualitas
- Tidak perlu membicarakan kualitas jika hanya ingin naskah buku Anda diterbitkan oleh Springer Nature. Mereka juga sering kok mengumumkan panggilan untuk bab buku. Pada dasarnya, selama ada hasil riset, tidak bilang bahwa “bumi datar”, tulisan Anda pasti akan diterima. Ikuti saja panduannya. Tapi awas, harga BPC-nya (Book Processing Charge) cukup (baca: sangat) mahal. Jadi apakah setimpal? Kalau setimpal yang lanjutkan saja. Tapi awas, jangan Anda berpikir hanya akan menulis sebaik mungkin jika bukunya akan diterbitkan oleh penerbit besar seperti Springer Nature. Anda akan paham maksud saya saat lanjut membaca tulisan ini sampai selesai.
- Saya tidak bilang tulisan Anda bisa asal-asalan ya. Yang jelas tulisan Anda harus punya nilai saintifik (ada data, ada analisis, ada referensi, dan dapat dikerjakan ulang oleh orang lain). Kalau Anda punya itu, maka buku dapat mulai ditulis. Bila perlu konten buku dapat diseminarkan lebih dahulu.
- Nah sekarang apa yang disebut dengan kualitas dari sebuah buku? Memang dapat diperdebatkan, karena ada macam-macam jenis buku. Jadi mari kita merujuk ke peninjauan sejawat artikel saja. Jadi perlu ada kolega (baca: paker) yang membaca ulang, ada yang memeriksa isinya, ada yang memastikan tidak ada kesalahan ketik, atau kesalahan makna gara-gara tanda baca, dan yang sejenisnya. Jadi kalau naskah Anda sudah menjalani itu, maka buku bisa dikirimkan ke penerbit. Di kantor penerbit, naskah masih akan dilihat sekali lagi oleh penyunting bahasa. Ia akan melihat apakah konten sudah memenuhi kaidah penulisan sebuah buku.
Peredaran buku
- Dengan majunya medsos dan internet, berangan-angan terlalu tinggi agar buku dapat dipajang di rak buku GRAMEDIA, sudah tidak relevan. Akibat angan-angan yang ketinggian itu dan “overthinking”, Anda malah tidak kunjung menulis.
- Dengan memanfaatkan medsos, media penyimpanan awan (cloud storage), atau repositori daring, maka peredaran buku justru akan lebih luas dibandingkan dengan buku yang terpajang di rak sebuah toko buku. Bahkan buku Anda dapat dibaca oleh pembaca internasional. Bonusnya, karya Anda dapat disimpan dan tayang jauh lebih lama (syarat dan ketentuan berlaku) dibandingkan buku konvensional.
- Lagi pula, pernahkah Anda melihat rak buku GRAMEDIA? Bukankah hanya penuh dengan buku-buku motivasi dan novel dari motivator/novelis ternama? Jelas bukan buku-buku yang setipe dengan buku Anda (kita) kan?
(Harapan) Royalti
- Ini alasan paling aneh. Royalti itu adalah bagi hasil antara penerbit dengan penulis (Anda). Dengan satu catatan: bukunya terjual dengan harga dari penerbit agar penerbit mendapatkan untung.
- Sebagai pengingat. Sistem penerbitan buku dengan sistem royalti, sepanjang yang saya ketahui, hanya untuk buku yang memiliki nilai komersial tinggi (misal: novel atau buku motivasi). Artinya buku diharapkan akan banyak terjual, bahkan menjadi best selling, sehingga penerbit mendapatkan keuntungan besar. Keuntungan itulah yang dibagikan ke penulis sebagai royalti. Besaran royalti akan bergantung kepada kesepakatan dengan perjanjian tertulis. Kalau Anda adalah penulis terkenal, atau pernah menghasilkan buku best selling, maka Anda dapat mengajukan pembayaran di muka, bahkan saat bukunya masih dalam penyusunan. Tentunya ini hanya berlaku untuk penulis sekelas J.K. Rowling atau Dan Brown.
- Sekarang, apakah ada orang yang dengan sukarela membeli buku hasil penelitian? Kalaupun ada, pasti hanya orang-orang tertentu, misal: mahasiswa. Tapi apakah Anda akan memaksa mahasiswa untuk membelinya?
Discoverability
- Nah ini yang penting, tapi tidak pernah dibicarakan. Konten (buku) Anda harus dapat ditemukan kembali. Setidaknya oleh Anda sendiri atau keluarga tersekat saat Anda sudah tidak ada.
- Jadi kucninya konten harus dapat ditemukan di dunia maya (ini paling mudah).
- Buku Anda akan lebih sulit kalau hanya dapat disimpan di suatu perpustakaan.
- Caranya? Unggah buku Anda ke media daring yang ramah mesin pencari (Google-friendly).
Kemudahan dan kepraktisan
- Kalau Anda bisa mendapat cara yang mudah, mengapa harus mencari cara yang sulit.
- Dengan tuntutan kinerja yang mewajibkan (dosen berjabatan Lektor Kepala dan Guru Besar) untuk menerbitkan secara berkala, maka antrian di penerbit-penerbit “besar” atau ternama menjadi sangat panjang. Karena itu Anda perlu atau dapat mencari penerbit yang mampu memproses cepat dan tidak rewel.
- Mari kita berpikir secara praktis saja. BUKANKAH BANYAK REGULASI BERSIFAT PRAKTIS?
Penilaian atau pengakuan
- Untuk luaran berjenis buku, penilaiannya sama saja, selama buku punya ISBN dan diterbitkan oleh penerbit anggota IKAPI.
- Pindah ke pengakuan. Sebenarnya sebesar apa pengakuan yang Anda harapkan, dengan asumi risetnya biasanya saja? Contoh saya dan grup saya. Riset tentang hidrogeologi, hasilnya biasa saja, bukan yang menghasilkan paten apa gitu.
- Beda dengan penilaian yang lebih kuantitatif, pengakuan sifatnya kualitatif, jadi relatif. Selama Anda percaya diri dengan buku Anda, sering menayangkannya di medsos, sering menyampaikan isinya (bahkan mungkin pernah mengadakan bedah buku), maka mestinya cukup. Pengakuan akan datang sendiri seiring waktu berjalan. Apalagi kalau sering muncul kalau “digoogle”.
Penutup
- Jadi yang penting Anda harus punya konten ilmiah. Konten akan bergantung kepada jenis buku, misal: konten buku ajar akan berbeda dengan konten buku teks/referensi/monograf. Konten dapat merupakan kumpulan dari hasil riset selama lima atau sepuluh tahun terakhir. Jadi Anda bisa menuliskan kembali hasil riset yang telah terbit sebagai makalah di jurnal ilmiah. Gaya bercerita dapat “dilemaskan”, jangan terlalu kaku seperti saat menulis artikel ke jurnal ilmiah, karena sifatnya menceritakan kembali apa yang telah Anda tulis sebelumnya. Jadi Anda harus menulis ulang.
- Anda dapat memilih modus penerbitan mandiri (self-publishing). Saat ini banyak penerbit menawarkan kerja sama itu. Jadi selayaknya artikel di jurnal open access, dalam modus penerbitan buku secara mandiri, Andalah yang membiayai ongkos penerbitan buku. Berapa besarannya? Akan sangat tergantung ke jumlah eksemplar yang dicetak. Biasanya dalam paket penerbitan yang ditawarkan, ongkos yang Anda bayarkan sudah termasuk pencetakan buku (sejumlah yang disepakati), pengurusan ISBN, dan sertifikasi Hak Cipta.
- “Nilai” sebuah buku sebenarnya tinggi. Tapi karena diposisikan secara “praktis” oleh regulasi, maka kita jangan berpikir terlalu panjang (overthinking) yang hampir pasti menyebabkan Anda tidak kunjung menulis.