Pepatah “asam di gunung, garam di laut” bisa jadi tidak berlaku di Peru. Ada wilayah bernama Mara yang mengandung garam tinggi sampai dinamai “Salinas de Maras”. Saya akan cerita sedikit tentang ini.
Ceritanya sudah jadi.
Salinas de Maras: Perpaduan Unik antara Budaya, Ekologi, dan Sains di Peru
Salinas de Maras, yang terletak di Peru, adalah situs luar biasa yang menampilkan perpaduan antara tradisi kuno, keanekaragaman ekologi, dan minat ilmiah. Posting blog ini mengeksplorasi arti penting Salinas de Maras yang multifaset, mulai dari metode produksi garam historisnya hingga keanekaragaman hayati yang kaya dan kepentingan geologisnya.
Produksi Garam dan Warisan Budaya
Kolam penguapan garam di Salinas de Maras telah digunakan sejak zaman Inca dan terus dikelola oleh keluarga-keluarga setempat. Prosesnya melibatkan penyaluran air asin dari aliran bawah tanah terdekat ke dalam kolam-kolam bertingkat, di mana air menguap, meninggalkan kristal garam untuk dipanen. Lanskap unik ini tidak hanya memberikan pengalaman visual yang menakjubkan tetapi juga mewakili warisan budaya yang hidup (Owuor et al., 2018).
Signifikansi Ekologis
Selain produksi garamnya, Salinas de Maras adalah rumah bagi beragam flora dan fauna. Wilayah ini menampung spesies unik seperti kucing Andes (Leopardus jacobita) dan lebah asli. Yang patut dicatat, studi telah mengidentifikasi keberadaan bakteri ekstremofil yang tahan terhadap radiasi UV-B, menambah kerumitan kondisi ekologi di area tersebut (Alvarez-Campos et al., 2021).
Sumber Air dan Tantangan Lingkungan
Mata air alami yang mengaliri Salinas de Maras berasal dari Hutan Mau di dalam daerah aliran sungai Mara. Namun, deforestasi baru-baru ini dan kegiatan pertanian telah menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas air dan keberlanjutan. Penelitian telah menunjukkan bahwa praktik penggunaan lahan secara signifikan mempengaruhi parameter fisikokimia dan beban nutrisi di anak-anak sungai (Wafula et al., 2018; Nyairo et al., 2015).
Daerah aliran sungai Mara, yang sangat penting untuk pasokan air ke Salinas de Maras, menghadapi tantangan karena perubahan hidrologi dan tutupan lahan. Simulasi model menunjukkan bahwa deforestasi dapat menyebabkan peningkatan aliran permukaan dan penurunan aliran dasar, mempengaruhi fluks air di bagian hulu Sungai Mara (Mango et al., 2011).
Mata Air Qoripujio: Sumber Air Vital
Mata air Qoripujio, salah satu mata air alami yang mengaliri Salinas de Maras, penting karena signifikansi ekologis dan relevansi budayanya. Mata air ini mendukung komunitas invertebrata yang beragam dan berfungsi sebagai hotspot keanekaragaman hayati. Hubungan mata air ini dengan Sungai Mara dan Hutan Mau menekankan perlunya upaya konservasi untuk melindungi sumber daya berharga ini (Dessu & Melesse, 2012; Mati et al., 2008).
Pertimbangan Lingkungan dan Prospek Masa Depan
Penelitian di sekitar Salinas de Maras telah mengeksplorasi berbagai aspek lingkungan, termasuk bioakumulasi merkuri pada ikan dari daerah aliran sungai bagian bawah Sungai Abujao (Fraser, 1985). Studi-studi ini menekankan pentingnya pemantauan dan pelestarian sumber air untuk menjaga keseimbangan ekologis wilayah tersebut (Chaabna et al., 2013).
Sebagai kesimpulan, Salinas de Maras berdiri sebagai bukti keseimbangan yang rapuh antara aktivitas manusia dan ekosistem alami. Pelestariannya membutuhkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan warisan budaya, keanekaragaman ekologi, dan keberlanjutan lingkungan. Saat kita terus mempelajari dan menghargai situs unik ini, menjadi jelas bahwa melindungi Salinas de Maras bukan hanya tentang melestarikan objek wisata, tetapi tentang menjaga ekosistem yang kompleks dan saling terkait yang telah berkembang selama berabad-abad.
Rujukan:
- Alvarez-Campos, O., et al. (2021). Evidence for high-elevation salar recharge and interbasin groundwater flow in the western cordillera of the peruvian andes. https://doi.org/10.5194/hess-2021-287
- Chaabna, Z., et al. (2013). Molecular diversity and high virulence of legionella pneumophilastrains isolated from biofilms developed within a warm spring of a thermal spa. BMC Microbiology, 13(1). https://doi.org/10.1186/1471-2180-13-17
- Dessu, S. and Melesse, A. (2012). Modelling the rainfall–runoff process of the mara river basin using the soil and water assessment tool. Hydrological Processes, 26(26), 4038-4049. https://doi.org/10.1002/hyp.9205
- Fraser, D. (1985). Mammals, birds, and butterflies at sodium sources in northern ontario forests. The Canadian Field-Naturalist, 99(3), 365-367. https://doi.org/10.5962/p.355448
- Mango, L., et al. (2011). Land use and climate change impacts on the hydrology of the upper mara river basin, kenya: results of a modeling study to support better resource management. Hydrology and Earth System Sciences, 15(7), 2245-2258. https://doi.org/10.5194/hess-15-2245-2011
- Mati, B., et al. (2008). Impacts of land‐use/cover changes on the hydrology of the transboundary mara river, kenya/tanzania. Lakes & Reservoirs Research & Management, 13(2), 169-177. https://doi.org/10.1111/j.1440-1770.2008.00367.x
- Nyairo, W., et al. (2015). Effect of anthropogenic activities on the water quality of amala and nyangores tributaries of river mara in kenya. Environmental Monitoring and Assessment, 187(11). https://doi.org/10.1007/s10661-015-4913-8
- Owuor, J., et al. (2018). Influence of anthropogenic activities and seasons on heavy metals in spring water along amala and nyangores tributaries of the mara river basin. African Journal of Environmental Science and Technology, 12(7), 222-234. https://doi.org/10.5897/ajest2015.2020
- Wafula, M., et al. (2018). Influence of land use practices on water physicochemical parameters and nutrients loading along the mara river of east africa. African Journal of Environmental Science and Technology, 12(7), 235-243. https://doi.org/10.5897/ajest2015.2021