Hutan hujan tropis pengindeks

Author:

Kata ideal mungkin sama dengan sempurna, yang memenuhi kebutuhan banyak orang. Nah dalam kasus pengindeks ini, kalau ingin kreatif, maka paling mungkin akan ada satu kepentingan yang dikalahkan, yakni kepentingan kementerian, bahkan negara untuk tampil bergengsi dalam pemeringkatan.

The rain forest of indexing services #sketchnotearmy

Seringai: Mengadili persepsi (bermain Tuhan)

Tabel ringkasan pengindeks (akan berkembang sesuai data)

Latar belakang

Ini semua berawal dari pengindeks. Pengindeks yang diakui sekarang ada banyak, tapi prakteknya, diakui atau tidak Kemristekdikti hanya mengakui satu, satu lagi baru masuk tahun ini.  Maka sejak itu dari Eselon atas sampai Pelaksana yang dibicarakan hanya pengindeks yang itu itu saja. Dari Guru Besar sampai Asisten Ahli, hanya itu juga yang dibicarakan.

Apakah adil? Mestinya mereka juga sadar, bahwa jawabannya tidak.

Kenapa? Banyak alasannya yang tidak akan saya bahas satu-satu dalam artikel saya ini. Toh ini artikel saya dan blog saya kan, boleh terserah saya kan.

Yang akan saya bicarakan ini adalah pengindeks. Satu, ONEsearch atau yang oleh Tim Pendirinya disebut IOS (Indonesia One Search). Beritanya sudah saya tulis kemarin. Ada lebih dari 250 pembaca yang mampir untuk membaca. Terima kasih banyak.

Apakah itu pengindeks?

Pendek kata, “indeks” adalah “daftar” alfabetis (menurut Kamus Cambridge). “Pengindeks” adalah “pembuat daftar alfabetis”. Saya sudah beberapa kali menulisnya, ini salah satunya. Saya bahkan membuat podcast tentangnya. Jadi sudah jelas ya.

Ada banyak pengindeks di dunia?

Ada banyak sekali. Wikipedia telah membuat daftarnya (masih berpikir Wikipedia abal-abal?). Lihat gambar di atas.

Dari gambar saya di atas, pengindeks dapat dikategori berdasarkan beberapa hal.

  • cakupan regional: internasional atau regional tertentu, misal: Russian Citation Index, Scielo, dan IOS.
  • cakupan material yang diindeks: ada yang hanya artikel, tapi sudah banyak juga yang mencakup hibah, paten, dokumen kebijakan, bahkan data.
  • sumber data: Crossref atau Datacite untuk diambil DOInya, atau langsung ke badan pemberi dana (misal Wellcome Trust, NIH), lembaga pemerintahan, kantor paten, dan kode OAI.

Manakah yang ideal?

Tidak ada. Maksud saya tidak ada satu indeks yang memenuhi kebutuhan semua orang. Tergantung pilihan anda dan tujuannya. Yang jelas indeksasi tidak bisa digunakan untuk membuat pemeringkatan apa lagi untuk menentukan kepakaran seseorang, beberapa alasan:

  1. Indeksasi adalah daftar. Jadi fungsi utamanya adalah untuk mencari informasi.
  2. Beberapa indeksasi berdasarkan pendaftaran oleh media jurnal. Jadi tidak adil untuk menghitung kepakaran seseorang dari situ, karena pasti ada jurnal yang tidak mendaftar ke indeks tertentu. Belum lagi kalau mempertimbangkan bias bahasa, bias negara/bangsa yang juga melatar-belakangi pembuatan suatu indeks. Ada indeks yang hanya memasukkan jurnal atau makalah yang ditulis dalam bahasa PBB, ada yang khusus untuk kawasan regional tertentu, misal Rusia, Cina, Amerika Latin. Atau yang fokus ke bidang tertentu saja, misal Pubmed untuk bidang kesehatan atau BioOne untuk ilmu hayati/biologi.
  3. Beberapa indeks berlatar belakang ekonomi. Perusahaan penerbit besar ada di belakang beberapa layanan indeksasi. Jadi mereka pasti punya motif, baik yang disampaikan secara eksplisit, maupun tidak, misal Scopus, Web of Science, Dimensions.

Beberapa anomali

Di bagian ini, saya akan menceritakan beberapa anomali atau keanehan. Salah satu contohnya adalah Asian Citation Index, yang dibuat oleh negara-negara anggota ASEAN, tapi makalah yg ada di basis datanya hanya ada makalah dalam Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Melayu (Malaysia).

Lantas ke mana paper Bahasa Thailand, Vietnam dll? Mungkin penulisnya hanya menulis dalam Bahasa Inggris.
 
Buat anda yg mikirnya “lurus” pasti memuji mereka, karena sudah berani masuk ke kancah internasional dengan menulis dalam Bahasa Inggris.
 
Buat saya kok itu malah kemunduran ya. Mungkin karena cara berpikir saya selalu terbalik.

Beberapa ide untuk yang ingin membuat indeksasi

Salut bagi anda yang punya niat untuk membuat pengindeks. Berikut saran dari saya, dari sudut pandang pengguna ya, bukan pengembang.

  1. hasil pencarian bisa diunduh metadatanya: ini penting untuk memenuhi prinsip reproducibilitas dan agar pengguna dapat mengolah hasil pencariannya lebih lanjut,
  2. bisa memunculkan visualisasi: ini penting, karena pengguna ingin dapat segera menarik kesimpulan dari hasil pencariannya. Visualisasi ini dapat berbentuk grafik sederhana, misal: jumlah publikasi per tahun, jumlah sitasi per tahun, sampai jejaring hubungan antar penulis,
  3. data tidak bersumber dari pendaftaran jurnal: ini untuk menghindari promosi berlebihan dari jurnal bila telah diindeks oleh pengindeks tertentu. Idealnya pengindeks langsung menarik data dari penyedia, misal: CrossRef atau Datacite untuk DOI, berbagai lembaga pendana riset,
  4. fokus: bila pengindeks artikel sudah banyak, para pengembang pengindeks baru bisa fokus ke komponen pendukung sebuah artikel atau riset, misal: data. Pengindeks data ini belum banyak. Yang ditampilkan bisa banyak diantaranya: apakah data tersedia secara terbuka, apa saja jenis datanya, dari mana lokasinya,
  5. buka data dan kode program: walaupun ini tidak populer, karena mayoritas orang Indonesia takut dicuri idenya, tapi tetap saya sarankan bagi anda yang berminat membuat pengindeks untuk (1) membuka data hasil pencarian (lihat no 1) agar lebih banyak orang dapat berkreasi mengolah data yang muncul dari pengindeks anda dan (2) membuka kode program agar lebih banyak orang dapat membantu anda mengembangkan piranti lunaknya, anda tidak ingin pusing sendiri pastinya kan. Sekarang ada banyak repositori khusus pengembang yang gratis dan terbuka, seperti Github, Gitlab, Bitbucket. Ketiganya (dan beberapa lainnya yang belum disebutkan) mendukung proses penggandaan (cloning atau forking), pembentukan tim developer, masukan kontribusi dari pihak kedua/ketiga, hingga tautan tetap (persistent link),
  6. kaitkan dengan kebijakan riset lokal/nasional: nah ini yang menurut saya baru dan bahkan belum ada pengindeks internasional yang fokus membuatnya. Jadi intinya pengindeks ini harus fokus, fokus ke suatu wilayah, bisa regional (misal ASEAN) atau ke nasional (misal fokus ke Indonesia saja). Kemudian pengindeks masa depan ini akan membandingkan luaran riset berupa artikel, hibah, paten dll dengan kebijakan nasional dan/atau kebijakan lembaga, misal universitas atau balitbang (badan pelatihan dan pengembangan) tertentu.

Sementara ini berhenti sampai lima saran dulu, satu karena saya suka bilangan ganjil, dua karena perlu merenung dulu. :D.

Sampai di sini, apakah anda masih fanatik dengan satu atau pengindeks tertentu? Keterlaluan kalau masih begitu. Kita hidup di dalam rimba raya pengindeks, yang mendapat jutaan makalah yang terbit tiap hari.

Membuka pikiran akan lebih baik.