Setelah berinteraksi b eberapa waktu di medsos Twitter, kami ber 30 dari berbagai belahan dunia menulis makalah review literatur tentang peer review. Dikoordinir oleh Dr. Jon Tennant yang bekerja di ScienceOpen, makalah ini dimuat di jurnal inovatif dengan sistem open peer review F1000research.
Secara tidak sengaja belakangan saya baru tahu kalau jurnal ini terindeks karib kita Scopus dan masuk kategori Q1-Q2 (bergantung bidangnya). Untuk diketahui kategori QQ dapat berbeda kalau jurnalnya masuk ke dalam lebih dari satu kategori.
Sebuah kontribusi untuk Indonesia yang kebetulan.
Jurnal-jurnal openscience ini punya strategi masuk ke mainstream indexing agar pola peer-review terbuka, open data, kolaborasi jadi makin kuat.
Kawan-kawan saya yang 29 lainnya memang kebanyakan dari Eropa atau sedang belajar di Eropa. Mereka sendiri menyadari trend penilaian kinerja sains saat ini sangat tidak inklusif terutama bagi negara berkembang. Mereka juga sepakat untuk tidak mendukung sistem penilaian reputasi dari “barat” ini.
Mereka juga sadar menulis dalam bahasa selain “bahasa ibu” akan sangat berat. Jadi mereka menyarankan agar akademia di negara berkembang berpartner dengan akademia barat yang berpikiran terbuka. Memang jarang, tapi kalau anda maksimumkan media sosial, maka akan ketemu satu dua orang baik yang akan membantu anda. Tapi kalau anda beruntung seperti saya, maka akan ketemu ekaligus dengan 29 orang.
So if you can’t fight them, join them.