Lama tidak update posting. Banyak kisah, banyak cerita. Ini sebagian saja yang bisa direkam….
* 13-06-23/24
* Beratnya pergi saat Bila sedang diare. Bubunya pasti capek sekali.
* Air Asia ada di terminal khusus, yaitu Terminal 3. karena mobiltravel tidak dapat masuk maka disarankan oleh salah satu penumpang (yang ternyata pegawai groundstaff), untuk turun di terminal dua saja, dan naik shuttle airport (gratis).
* Terminal 3 tidak besar, sepamjang yangterlihat hanya ada airline Air Asia dan Tiger Airways. Mungkin ada yang lain tapi hanya itu yang punya tulisan besar. Ada juga tulisan Mandala Airways as partner of Tiger Airways).
* Nunggu di Monas Lounge, sambil kerja dan charge HP.
* Di pesawat, Bismillah lancar landing dan takeoff di Singapura, masalah kabut asap.
* Sebelahan dengan opa dan oma, berkunjung nengok anak cucu di Sydney. Mudah-mudahan bisa panjang umur dan bisa seperti opa oma ini 🙂 penasaran bagaimana anaknya Radit dan Bila nanti ya.
* Ngobrol dgn Opa Christian ini, masalah religi dan hubungannya dengan sains, ujungnya ke NatinalGeographic dan History Channel. Opa favoritku. Hehe.
* Smooth landing di Changi, pakai acara lari-lari ambil bagasi dan pindah terminal. Akhirnya duduk juga di skuter. Fly Scoot everyone.
*
* Baru tahu kalau Scoot ini adalah anak perusahaan Singapore Airlines. budget airline dengan pesawat yang besar. Rangan kaki juga longgar. Yang jadi masalah adalah, kalau kursi depan kita ditidurkan, bisa hampir kena jidat kita. Jadi pastikan kasih tahu dulu orang di belakang kita kalau mau merebahkan kursi.
* Sebelahan dengan keluarga muda dengan dua anak yang super heboh. S ibunya sampai bilang, maaf ya mungkin anda juga punya anak, tapi percayalah anakmu tidak ada setengahnya kehebohan anakku. Jadi maaf kalau nanti keganggu. Hehe. Dijawab dengan ya, kalau anak saya ditambah dua keponakan saya mungkin bisa 2,5 kali anakmu hebohnya hehe.
* Ternyata tidak bisa seenaknya pindah kursi walaupun sama-sama kelas ekonomi. Dari kursi biru harus cari kursi biru lagi kalau mau pindah.
* Sampai juga di Gold Coast (GC). Tidak lancar dengan imigrasi, karena mereka tetap ingin bongkar koper dan tas kabin walaupun sudah dijelaskan ini urusan dinas, paspor yang dibawa juga paspor dinas, dan jelas di xray tidak ada apa-apa yang memang perlu dikonfirmasi. But anyway, sudah pasrah saja. Malas beradu argumen. Selama tidak terlalu dirugikan, nurut saja lah. Walaupun SANGAT MENYEBALKAN ! Apa sebabnya ya? Rupanya nanti ada penjelasannya di belakang ya, sabar.
* Hampir 20 menit menjalani proses scan luggage, takutnya hanya satu, ditinggal sama mobil travel. Mau telpon menghubungi driver juga tidak bisa karena dilarang komunikasi di ruang imigrasi.
* Selesai scan bagasi, lihat jam, masih ada waktu 5 menit sebelum deadline janjian dengan driver penjemput. Segera dengan agak berlari menuju, “Take me Cafe”. Alhamdulillah masih ditunggu sama driver, yang ramah (setelah menghadapi petugas imigrasi yang super dingin).
* Naik mobil travel berjenis VW Caravelle jenis transporter dengan kereta di bagian belakangnya untuk tempat bagasi. Mantap, nyaman, tertidur pulas, begitu juga 4 penumpang lainnya. Next stop Ibis Hotel Brisbane di Turbot Street, bertetangga dengan Hotel Mercure.
* Masuk ke kamar 1230. Ternyata kamar cukup luas dengan dua queen bed terpisah. Meja panjang di sisi jendela dan pemandangan ke arah sungai Brisbane. Yang lebih penting adalah mereka menyediakan kopi, teh, dan pemanas air. Mantap.
* Foto-foto menyusul ya.
* 13-06-25
* Konfrens, meet new people absorb other’s ideas.
*
*
* Less power cord and extensions buat fairly good free wifi. Mengenai SPPD rombongan dari ITB (yang cukup banyak) berbondong-bondong ke meja sekretariat panitia untuk minta official stamp dan tanda tangan dari panitia. Mungkin sampai loyo dia kasih stempel dan tandatangan di atas berlembar-lembar kertas dengan logo Burung Garuda di atasnya. Bahkan Liyan Ng (WN Singapore) yang jadi panitia ini sempat becanda, “Maybe I can work for you guys after this”.
* Lokasi Brisbane Convention Center cukup strategis, di area South Bank, Close to river bank, close enough to cool off. Suhu Brisbane sejuk, tidak terlalu dingin, sekitar 10-12 derajat C (dal am kira-kira seminggu ini).
* Seperti layaknya metropolis lainnya, kalau malam penuh dengan permainan warna. Sungai lebar tapi airnya agak keruh, ferry mondar-mandir, tapi tidak sempat naik. Maybe later dengan rombongan lebih besar tentunya.
* Malam hari menyempatkan jalan dengan Mr. Rachamat (Mestinya Rachmat) Sule a.k.a Mas Deni Sule (DS) cari oleh-oleh di Queen Street. Diawali dengan makan malam di kedai Subway di sebelah hotel. Subway memang sahabat kita semua.
* Di Queen st, Banyak toko, banyak orang, kota yang hidup, tidak seperti saat di Vienna, yang toko-tokonya tutup jam 4 sore. Cari-cari toko suvenir, ternyata yang paling murah adalah yang di dekat hotel, tidak di kawasan pertokoan ini.
* Perjalanan malam diakhir dengan nongkrong di King George Park untuk mencari free wifi. Kasihan ya hehe. Setidaknya capek jalan, sholat terus langsung tidur.
* Dapat email dari Bubu, Bila masih diare sedikit, tapi sudah pulang ke rumah. Alhamdulillah. Putri kecilku itu memang harus kubawa kemanapun pergi. Bertiga tentunya dengan ibunya.
* 13-06-26
* Pagi sampai siang berencana ke konfrens, ikut beberapa sesi dan ketemu Willem Vervoort, assoc prof dari Usyd. Membicarakan niat untuk menjadi visiting lecturer di lab dia.
* Rambutnya tidak terlalu kribo, seperti yang ada di foto. Sempat tolah toleh kanan kiri di ballroom, sebelum akhirnya ketemu dengan Willem ini. Rama dan liar biasa antusias membicarakan rencana riset. Dia menyarankan agar sekalian saja ambil program posdok, karena memenuhi semua persyaratan. D luar dugaan, dia langsung OK, dan minta dibuatkan proposal riset. “The deadline will be on 30 of June. Then I will need you to send your proposal today, because I will have to read (and maybe) add some comments on it. Because my only time will be tomorrow to do this”, katanya. Akhirnya yes sir, I’m on it, dengan cepat. Akhirnya batal ikut makan siang botram di pinggir sungai, memenuhi undangan Prof. Satria Bijaksana. Hehe.
* Setelah beres dengan Willem, seperti biasa DS, sang partner backpacking stop by. “ayo langsung ke GC kalau sudah beres, ambil koper dulu di Ibis”, katanya sambil terengah-engah. kecapekan habis makan di pinggir sungai mungkin hehe. Langsung ku jawab, “siap”.
* Jalan cepat 15 menit menuju Ibis. Ambil koper dan meluncur.
* Leaving Brisbane to gold coast. Lari-lari ngejar kereta di Roma Street station. Seperti biasa dua om-om ini berlari dengan menyeret tiga kopor yang sama sekali tidak berwarna maskulin, hehe.
* Di kereta sekitar satu jam sambil ngantuk ngantuk. Pemandangan pun berubah dari metropolitan menjadi country side. tidak ada bangunan tinggi, ukuran rumah lebih besar. Sampai di Stasiun Surfer’s Paradise (SP), naik bis no 740 menuju SP.
*
* Mengibarkan nama Indonesia hehe.
* Oya, di GC menginap semalam di Hotel Outrigger. Kata DS hotel bagus ini. Sayangnya memang di kamar tidak ada fasilitas kopi dkk nya. Yang penting pulang jalan, capek, sholat tidur hehe.
* Jalan di GC sedikit banyak mirip dengan jalan di Denpasar. Bedaya pasti lebih bersih, pedestrian lebih lebar, tidak keringetan :). Makan malam (seperti biasa) di warung kebab, ditambah minum kopi dan teh di kedai McD. Kebetulan kedai McD di BNE dan GC menyediakan free wifi. Sasaran utama untuk bisa kirim kabar ke rumah dan cek email.
* Bnyak obyek untuk dilihat, Hard Rock Cafe, wax museum, haunted house, dll, tapi memang kami berdua agak malas kalau harus masuk sendirian, tanpa bawa anak-anak, hehe sayang anak sayang anak.
* 13-06-27
* Leaving gold coast. Bismillah, ratu-ratuku menunggu di rumah :).
* Seperti biasa bangun jam 3 pagi, mandi, siap-siap. Bangunkan DS, berangkat dari hotel Outrigger. Jam 5.30 berangkat dari hotel dengan Maxi Taxi, sepertinya pakai Hi Ace mobilnya. Disopiri oleh pemuda Karang Taruna, imigran dari India 7 tahun yang lalu katanya. Si sopir ini ngajak ngobrol, untuk melawan kantuknya. Dia cerita kalau proses migrasi cepat, tidak banyak masalah di awal. Tapi waktu berlalu, kondisi semakin berat katanya. Terutama untuk semi-skilled worker, seperti sopir, koki, hairdresser dll.
* Sampai GC airport sekitar 30 menit, karena memang tidak ngebut. “I can make it in 20 minutes”, kata si India ini, ketawa inget film Taxi. Ongkos taxi 58 dollar, tidak sebanyak estimasi resepsionis hotel 65 dollar. Alhamdulillah, masih sepi jadi bisa tenang cek in dan imigrasi. Mudah-mudahan tidak seperti pas datang, pakai acara scan koper segala.
* Lapar dan haus diselesaikan di pesawat saja supaya bisa lebih tenang di ruang tunggu, gate 8.
* Oiya hampir lupa. Kalau anda ingat di bagian awal cerita saya ada bagian bagasi dan tas kabin saya dibongkar dan discan. Saat pulang di ruang tunggu, bertemu bapak-bapak dengan penampilan rapih, pakai jas dan berkalung nyentrik. Saya ingat (kalau tidak salah, mengingat saya sering lupa), bapak ini juga mengalami hal yang sama, bagasi juga dibongkar di hari dan waktu yang sama dengan saya. Setelah sedikit basa-basi, ternyata benar si Bapak ini memang sama-sama mengalami waktu yang menyebalkan di imigrasi. dr. John Goh, seorang dokter warga Singapura yang sedang mengontrol rumah sakitnya di GC. Dia juga heran, sudah berulang kali datang ke GC (dan kota lain di Australia) dan baru kali ini dia diharuskan membongkar bagasinya.
* Setelah bercakap beberapa saat dan tukar kartu nama. Dia cerita, kalau dia sempat ke toilet di kantor imigrasi itu, dan berbasa-basi dengan petugas toiletnya tentang bagasinya yang sedang dibongkar. Dia mendapat jawaban dari petugas itu kalau biasanya adalah targetnya adalah penumpang solo. Memang di hari itu hampir semua penumpang yang non WN Australia kebetulan bepergian berkelompok atau dengan keluarganya. Dan hanya saya dan Mr. Goh ini yang travelling solo. Maka jadilah kita yang jadi “sasaran”. Benar atau tidaknya memang tidak perlu dibuktikan. Jangan malah nanti dituduh menyebarkan berita tidak benar. Pembicaraan dengan Mr. Goh diakhiri dengan panggilan boarding, “email me next time you go to Singapore”, katanya. Lumayan menambah satu teman lagi :).
* Sisa perjalanan diisi dengan menyusun cerita ini, tidur dll dll tidur dll dll. See you di SG.
* Mendarat di SG, seperti biasa harus lebih sigap (baca: lari-lari). Melewati imigrasi, keluar terminal 2, pindah ke terminal 1, cek in, lari ke imigrasi. Di imigrasi scanner bermasa
* Ah jadi haru nunggu sebentar. Lolos dari sana langsung ke gate D38. Masih terengah-engah, hanya untuk lihat tulisan delayed dan re-timed. Dari jam 17.30 menjadi 18.10.
* Akhirnya boarding juga, jam 18.45. Hmmm.
* Memenuhi janji ke Mas DS untuk membuka majalah inflight edisi Juni 2013 halaman 124 dan 126. Wah jadi terharu baca artikelnya. Selamat mas DS bsa jadi Bapak dan Suami yang bisa mengurus segala macam. Tidak semua bisa.
*
*
* Selamat juga buat Fiyya, Raihana, dan Rheisya, cewek-cewek hebat, bisa hidup mandiri jauh dari ibunya. 🙂 Yang selalu sayang ke papi dan maminya yaaa.