Kami tidak perlu Scopus 2

Artikel ini merupakan bagian kedua (hopefully the last part) dari serial “Kami tidak perlu Scopus”.  Dalam artikel tersebut, saya mengkopikan cuitan saya dari akun @openscience_ID.

Kalau memang tujuan dari mendaftarkan seminar/konferensi adalah agar makalah lebih mudah dicari, maka apakah tidak ada layanan lain yang lebih ekonomis? Dan bila memang itu tujuannya, mengapa tulisan “indexed by Scopus” lebih sering dipertanyakan dibandingkan substansi seminarnya?

Read more

Kami tidak perlu Scopus 1

Saya tahu judul memang provokatif. Tapi saya berusaha untuk tidak vulgar. Di Indonesia, Scopus dan WoS telah diposisikan melebihi porsi layanan yang mereka berikan. Kalau memang tujuan dari mendaftarkan seminar/konferensi adalah agar makalah lebih mudah dicari, maka apakah tidak ada layanan lain yang lebih ekonomis? Dan bila memang itu tujuannya, mengapa tulisan “indexed by Scopus” lebih sering dipertanyakan dibandingkan substansi seminarnya?

Karena itu saya menulis blog post ini yang merupakan bagian pertama dari serial “Kami tidak perlu Scopus”. Blog post ini berawal dari tweet saya dari akun @openscience_ID. :). Akun pribadi saya sendiri @dasaptaerwin.

Saya paham juga kalau buah pikiran manusia tidak akan sempurna. Karena itu, mohon masukan dari ibu dan bapak sekalian. Kalau setuju beri tahu kawan, kalau tidak setuju, silahkan anda membuat blog post tandingan atau tuliskan pendapat anda di kolom komentar. Mari kita budayakan saling me-review untuk bidang sains, bukan hanya bidang sospol saja.

Read more

Beberapa jenis lisensi yang mendukung open sains

 

Artikel ini merupakan bagian dari upaya kami (saya bersama Bapak Eko Susanto dari Relawan Jurnal Indonesia) untuk membuat dokumen Glossary of Open Sains dan hal-hal yang terkait. Dokumen ini merupakan penyuntingan dan translasi dari dokumen asli berikut ini:

Tennant, J. and Mounce, R. (2015): Open Research Glossary. figshare.  https://doi.org/10.6084/m9.figshare.1482094.v1Retrieved: 02 56, May 25, 2017 (GMT)

Read more