Awang Satyana: Publish or Perish (3)

Author:

awang2

(stack of course material, private collection)

Lecturing in a short course is another way to share your knowledge to wider audience with specific needs. I’ve doing this but it’s nothing, really, compared to his list.

and here’s his story … (originally posted on Awang Satyana’s Facebook wall, on 26-27th July 2014)

————

MENGAJAR KURSUS

Itu barisan apa? Itu adalah barisan buku- buku manual kursus petroleum geology yang saya hasilkan sejak 2002, ketika saya mulai diminta oleh IAGI, HAGI, IPA untuk mengajar para profesional geologist/ perminyakan. Tebalnya masing-masing beragam dari 200 – 400 halaman, masing-masing berisi 500-800 slides. Semuanya dalam bahasa Inggris.

Dari tahun 2002 sampai saat ini saya sudah mengajar 38 kelas kursus dengan jumlah peserta beragam dari 6 – 30 orang, dengan peserta baik orang Indonesia maupun asing, sehingga kursus berbahasa Indonesia atau berbahasa Inggris, dengan lama kursus per kelasnya dari 1 – 5 hari.

Kursus-kursus yang saya diminta mengajarkannya adalah:

1. Petroleum Geology of Indonesia: Current Knowledge
2. Petroleum Geochemistry for Exploration and Production of Conventional and Unconventional Hydrocarbons
3. Petroleum System Analysis: Essential Concepts and Methods for Increasing Exploration Success and Assessing Risks of Plays and Prospects
4. Tectonics and Structural Geology for Petroleum Exploration and Production: Theory, and Application for Indonesia
5. Interpreting Biomarkers: Applications in Petroleum Exploration and Production

Masing- masing kursus ini lamanya 5 hari, yang secara reguler dari tahun ke tahun saya diminta mengajarkannya. Jadi buku-buku manual kursusnya selalu saya perbarui dari tahun ke tahun.

Saya pun pernah mengajarkan kursus-kursus berikut:

6. Petroleum Geology of East Java Basin: A Dynamic Review (1 hari)
7. Petroleum Geology of Salawati Basin: Revisits the Concept (2 hari)
8. Petroleum Geology of Java Area: Revisit Prolific Areas and Disclose Under-Explored Areas (3 hari)
9. Petroleum Geology and Petroleum Systems of Eastern Indonesia: Proven Plays, Potentials and Risks (2 hari)
10. Petroleum Potential in Frontier Areas of Indonesia: Opportunities, Risks and Ways of Exploration (2 atau 3 hari)
11. Petroleum Geochemistry and Petroleum System Analysis (2hari)
12. Drilling Budget (1 hari)

Saya membatasi diri memberikan kursus-kursus ini untuk organisasi-organisasi profesi di Indonesia (IAGI, HAGI, IPA). Sebenarnya, beberapa lembaga kursus komersial baik di DN maupun LN juga meminta saya mengajarkan kursus-kursus mereka, tetapi saya tak punya waktu lagi sebab saya juga harus membagi waktu saya dengan kegiatan di kantor, menulis paper-paper, memberikan konsultasi gratis kepada oil companies, menjadi narasumber di berbagai seminar, dll.

Bila saya mengajarkan kursus, saya memberikan kepada para peserta digital file kursus tersebut, juga copy puluhan paper saya atau dari penulis lainnya yang berhubungan dengan tema kursus. Selama kursus, saya pun memberikan waktu kepada para peserta untuk berkonsultasi dengan saya tentang masalah-masalah teknis yang dijumpai di area kerjanya, baik secara terbuka di ruang kelas, maupun tertutup hanya dengan saya di luar jam kursus. Saya sepenuh waktu melayani mereka, para peserta kursus.

——————————-

Henry Posamentier, ahli sequence stratigraphy dan seismic geomorphology terkenal itu, dalam sebuah obrolan pribadi dengan saya beberapa tahun yang lalu, kebetulan dia sedang di Jakarta, pernah berkata, “You master the knowledge at the best when you able to teach the knowledge and make people understand easily.”

Saya membenarkan perkataan Henry. Saya mengajarkan kursus-kursus ini belajar berkali-kali. Belajar agar saya mengerti benar, belajar agar murid-murid saya bisa memahaminya dengan baik dan mudah.

Suatu hari saya pun bertanya kepada seluruh peserta. Siapa di ruang kelas ini yang akan paling banyak belajar selama mengikuti kursus ini ? Tak ada yang menjawab. “Saya”, jawaban saya. Saya pun menjelaskan. “Kawan-kawan mengikuti kursus ini tahun ini saja, dan kemungkinan besar tak akan mengikuti kursus ini lagi tahun-tahun depannya. Tetapi saya, saya sudah mengajarkan kursus ini 12 tahun, dan saya selama itu belajar lagi, belajar lagi, agar saya makin paham, dan saya bisa mengajarkannya kepada peserta dengan baik supaya mereka bisa memahaminya dengan mudah. Jadi, sayalah yang paling banyak belajarbdi kelas ini.” Mereka pun mengangguk-angguk.

Di awal dan akhir kursus saya juga selalu mengingatkan para peserta, “Tak ada kursus seminggu, sebaik apa pun, dari pengajar sehebat apa pun, yang akan membuat Anda menjadi ahli dalam seminggu. Keahlian akan diperoleh oleh bertahun-tahun Anda memelajari lagi dan lagi materi ini, dan yang terpenting adalah menerapkannya. Excellence will be achieved by years of learning, years of applications. No other way. No pain no gain!”

——————————

Suatu hari di tahun 2002, saat itu saya menjelang berumur 38 tahun, pengalaman kerja baru 12 tahun, paper saya baru 22 buah, IAGI menantang saya dengan pertanyaan apakah saya bisa mengajarkan kursus tentang Jawa Timur, cukup sehari saja, dalam rangkaian pertemuan ilmiah tahunan yang saat itu diadakan di Surabaya. IAGI memilih saya sebagai pengajarnya bukan urusan saya untuk mencari tahu. Saya segera menjawab, bisa.

Lalu saya menyiapkan materinya, tak terlalu sulit buat saya sebab dari dua tahun sebelumnya saya tengah aktif memelajari Jawa Timur. Saya menyiapkan materinya dalam bahasa Inggris. Kursus diikuti oleh lima belas orang, sebagian expatriate dari Malaysia, Vietnam, Thailand. Maka saya pun berbahasa Inggris membawakan materi ini di kelas.

Itulah kursus pertama yang saya ajarkan, itulah kali pertama saya berbicara bahasa Inggris seharian, bahkan ketika istirahat makan pun karena peserta dari Vietnam semangat bertanya saat sedang makan pun.

Dan tahun demi tahun berikutnya saya pun diminta mengajar ini itu oleh HAGI, IPA, dan IAGI. Saya selalu menjawab tantangan-tantangan itu dengan menyanggupinya. Saya pun belajar bagaimana menjadi pengajar yang baik, dengan trial dan error.

——————————

Saya percaya bahwa hanya dengan mengajar, kemampuan seseorang dalam penguasaan suatu ilmu akan teruji, dan akan mencapai tingkat tertingginya. Mengajar pun membuat kita sabar dan rendah hati. Sebab mengajar itu sesungguhnya adalah melayani.

Dan saya mengajar untuk: menguji diri, mencapai kemampuan tertinggi, dan melayani, agar para geologist Indonesia khususnya semakin cerdas, dapat menemukan minyak/ gas lebih banyak lagi bagi Negeri ini, dan mengurangi kegagalan eksplorasi.***