Budaya berikutnya sebenarnya bukan budaya, tetapi insting, yaitu bagaimana seorang peneliti bisa mengembangkan insting menulis serta menjunjung tinggi diversitas/keberagaman.
Di sini yang sebut menulis adalah bukan hanya menulis artikel ilmiah, tetapi menulis apapun yang sedang dipikirkan, sedang diperbincangkan bahkan bila perbincangan itu hanya terjadi pada Grup Whatsapp.
Insting menulis ini akan berkembang ketika pikiran peneliti tidak dibatasi oleh berbagai regulasi tentang publikasi yang mengikat. Saat ini para peneliti pikirannya seolah diikat dengan berbagai perhitungan tentang publikasi: perhitungan waktu yang akan ia habiskan, pengakuan yang akan ia dapatkan, dan insentif (berupa uang) yang bisa ia terima.
Keberagaman juga perlu dijunjung tinggi. Tidak semua peneliti dilahirkan pada situasi dan kondisi yang sama. Kalau seorang peneliti tidak dapat mengakui itu, maka sepertinya keberagamannya juga tidak akan dapat diakui oleh orang lain.