Bicara tentang CV naratif

Author:

Oleh: Dasapta Erwin Irawan dan Ilham Akhsanu Ridlo

Mari bicara tentang CV naratif untuk mempertegas rekam jejak Anda.

CV yang berkisah, bukan yang pamer angka.

Jadi CV versi saya ini menitikberatkan pada cerita tentang konten yang saling terhubung. Antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, atau satu dokumen dengan dokumen yang lain. Ini jelas berbeda dengan CV konvensional yang hanya memajang karya. Dalam CV seperti itu, kehebatan sebuah karya ditentukan oleh jurnal.

Seperti halnya poster ini, CV Anda tidak akan membosankan. Akan “berisi” bukan hanya “berangka”.

CV naratif adalah cara yang berbeda dalam menyusun CV yang lebih menekankan pada cerita yang terhubung antara kegiatan dan dokumen. CV ini tidak monoton dan dapat menyenangkan pembaca dengan memberikan inspirasi dan makna di balik setiap karya. CV naratif juga memberikan manfaat bagi kampus atau pemberi dana riset dalam menilai secara menyeluruh dan membangun profil lembaga. Penting untuk membuat CV yang menggambarkan diri dengan cerita yang membumi dan tidak sombong.

CV yang mungkin tidak linier tapi bercerita dengan runut.

Tidak seperti CV konvensional yang mungkin hanya memisahkan karya berdasarkan jenisnya, CV naratif justru menyatukan berbagai jenis karya sebagai satu cerita dengan tema yang beragam. Karya-karya lainnya bisa dikemas sebagai tema atau subtema.

CV yang variatif tidak monoton.

Dengan CV naratif, maka CV tidak akan monoton. Anda bisa jadi tidak menggunakan layout atau template tertentu. Semuanya terserah Anda. Selama CV sudah menceritakan rekam jejak Anda, maka itulah CV naratif. Anda bisa menggunakan tata letak (layout) “portrait“, “landscape“, atau bahkan poligon. BEBAS!

CV yang menyenangkan, bukan yang “mengancam/mengintimidasi”.

Hipotesis saya, ketika Anda menggunakan cara naratif dalam memaparkan CV, maka Anda tidak akan mengundang “haters“. Kok bisa? Karena memang Anda tidak sedang pamer. Anda sedang mendongeng, termasuk di dalamnya Anda bercerita tentang kegagalan, kekecewaan, atau pilihan yang keliru sebagai pembelajaran pembaca. Jadi “LESS HATERS, MORE TO LIFE”.

CV yang memberi semangat buat diri sendiri dan orang lain.

Dengan gaya bercerita, maka peluang Anda untuk mempengaruhi orang lain menjadi lebih besar. Pembaca CV Anda bukan hanya dapat menghitung produktivitas, tetapi juga makna produktivitas itu bagi Anda, dan juga buat orang lain. Bukan hanya angka yang Anda tampilkan.

Bagaimana cara membuatnya?

  1. Tentu Anda akan perlu karya. Kalau tidak punya karya apa iya bisa menulis cerita. Urutkan karya berdasarkan bulan dan tahun.
  2. Ekstrak kata kunci, tema, atau subtema dari karya-karya tersebut. Lihat perulangan-perulangan yang pasti/mungkin ada. Perulangan tersebut akan menjadi tema utama. Lalu buat diagram tema utama dan sub-sub temanya (bila ada).
  3. Mulai bercerita dengan menggabungkan konten yang Anda berhasil pelajari di setiap tema atau sub tema. Upayakan ada hasil utama dan hasil pendukung. Tambahkan fragmen cerita kecil yang Anda ingat saat merencanakan risetnya, saat melaksanakan, atau saat melaporkannya.
  4. Jangan lupa untuk menyertakan diagram, foto, atau grafik yang ada di dalam makalah. Pilihan lainnya visualisasi lainnya untuk mempertegas cerita Anda. Gunakan aplikasi untuk menghasilkan visualisasi, misal: Canva, OpenKnowledgeMaps, atau Vosviewer. Menyertakan gambar coretan pena Anda sendiri juga tidak dilarang.
  5. Baca ulang dan periksa apakah:
    • Cerita sudah lengkap atau menggambarkan karya-karya utama (terkait tema ya, bukan semata-mata terkait jurnal),
    • Apakah kata kunci/tema/sub temanya sudah benar,
    • Apakah gambar sudah cukup bermakna (tidak berlebihan),
    • Apakah ada bagian yang terlalu meninggikan karya atau terlalu rendah.

Manfaat bagi kampus atau pemberi dana riset.

  1. Mereka dapat menilai Anda secara lebih menyeluruh, bukan hanya melihat jumlah makalah dan di mana makalah itu terbit. Memang pasti mereka mencari angka sebagai “simbol produktivitas dan reputasi Anda”, tapi jelas mereka punya hal lain yang bisa dibaca.
  2. Pada suatu titik, mereka dapat “menjual” cerita dalam CV naratif agar dapat membangun profil lembaganya dengan lebih baik. Sebagai contoh, mereka dapat menambahkan pengalaman kerja Anda yang relevan, prestasi, dan keterampilan yang Anda kuasai untuk menarik perhatian calon donor. .
  3. Jika akhirnya ada sebuah kampus yang menerima Anda bekerja atau ada Pemberi Dana yang mendanai proposal riset Anda, maka mereka dapat berharap bahwa hasil luaran yang Anda akan hasilkan akan lebih baik dibandingkan yang lain.
  4. CV naratif memiliki manfaat bagi kampus atau pemberi dana riset karena mereka dapat menilai Anda secara lebih menyeluruh dan membangun profil lembaga. Mereka juga dapat melihat cerita dalam CV naratif sebagai cara untuk memahami lebih dalam tentang karya dan prestasi Anda. Jadi, penting untuk membuat CV yang menggambarkan diri Anda dengan jujur dan bermakna.

Penutup

Jadi yang Anda butuhkan adalah CV yang betul-betul menggambarkan diri Anda, bukan sekedar menayangkan judul paper Anda. Buat cerita yang membumi, jangan jadi sombong. Ingat Anda sedang berupaya menilai diri Anda sendiri, bukan sekedar menceritakan pernah menerbitkan artikel di jurnal apa.

Dengan CV naratif, Anda dapat membuat CV yang unik dan menggambarkan diri Anda dengan lebih mendalam. Buatlah cerita yang membumi, menyenangkan, dan memberi inspirasi bagi diri sendiri dan orang lain.

Contoh CV Naratif