oleh: Dasapta Erwin Irawan (ORCID)
Pertama kali ditulis tanggal 17 Oktober 2017 dan mengalami banyak penyuntingan setelahnya.
Dua kutub dunia publikasi akademik
Masyarakat umum dan ilmuwan bagaikan dua kutub magnet yang saling berbenturan. Satu sisi sangat pragmatis dan satu sisi yang sangat teoritis. Tapi saat ini telah ada media blog sebagai salah satu bentuk media sosial yang memungkinkan seorang ilmuwan menjelaskan karyanya di luar koridor gaya penulisan makalah ilmiah yang sangat kaku, dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Khalayak ramaipun dapat mengakses tulisan Sang Ilmuwan tanpa harus terintimidasi dengan keseriusan jurnal ilmiah. Output riset sendiri saat ini berlipat ganda setiap sembilan tahun. Sebanyak 2,5 juta makalah ilmiah diterbitkan dalam setahun. Anda dapat membayangkan 2,5 juta. Menurut anda, sebanyak apa dari ledakan ilmu pengetahuan itu yang pada akhirnya sampai kepada masyarakat, menjawab masalah riil.
Masyarakat umum dan ilmuwan bagaikan dua kutub magnet yang saling berbenturan. Satu sisi sangat pragmatis dan satu sisi yang sangat teoritis.
Learn math girl (Pixabay CC-0)
Komunikasi sains
Di dunia akademik, sudah lama dikenal istilah science/scholarly communication, yaitu kegiatan mengkomunikasikan, mendiseminasikan, menyebarkan sains ke masyarakat luas. Bahkan di perguruan tinggi-perguruan tinggi besar di luar negeri, urusan komunikasi sains ini ditangani dengan teliti sebagai bagian dari kehumasan. Jurnal-jurnal ilmiah saat ini juga telah meminta para penulisnya untuk membuat abstrak khusus (non-specialist abstract) untuk setiap makalah yang telah diterima dan akan terbit.
Di dunia akademik, sudah lama dikenal istilah science/scholarly communication, yaitu kegiatan mengkomunikasikan, mendiseminasikan, menyebarkan sains ke masyarakat luas.
Saat ini, blog tidak melulu dalam bentuk tulisan, tetapi sudah banyak science blogger, begitu kaum penulis ini disebut, yang memperlebar pembacanya dengan membuat video log berdasarkan tulisan blog yang telah dihasilkannya. Bila anda mengunjungi Youtube, telah banyak penulis yang menambah portofolio komunikasi sainsnya.
Keuntungan blogging
Lantas apa yang didapatkan oleh akademia? Anda mungkin akan menanyakan itu. Banyak. Saya bisa menyebutkan lima hal yang paling mudah dan lima hal lainnya bila anda mau.
Keuntungan yang paling Anda rasakan adalah kebebasan saintifik. Kebebasan yang saya sampaikan di sini tentunya dengan tanggungjawab. Dengan blogging, Anda dapat mengutarakan berbagai ide dan pemikiran tanpa melalui peer review sebelum artikel dipublikasikan seperti hanya makalah ilmiah konvensional.
Keuntungan yang paling Anda rasakan adalah kebebasan saintifik. Kebebasan yang saya sampaikan di sini tentunya dengan tanggungjawab.
Berikut ini adalah keuntungan tambahannya.
- Jejaring: Setiap artikel blog yang anda tulis mungkin akan menghasilkan kolaborasi dengan peneliti lainnya.
- Umpan balik: setiap pemikiran yang anda lontarkan akan memiliki peluang mendapatkan umpan balik dari pembaca. Pada ini akan mempertajam argumentasi anda.
- Sitasi: kalau anda berpikir sitasi adalah hal utama, maka cobalah membuat artikel blog pendek yang ringan untuk setiap makalah ilmiah atau kumpulan makalah ilmiah yang telah anda tulis. Cara ini mungkin akan menghasilkan beberapa sitasi baru dari pembaca.
- Skor kenaikan jabatan/pangkat: banyak science blogger, dapat menuliskan kembali artikel blognya yang terserak, menjadi naskah buku yang rapih. Anda pasti tahu siapa contohnya.
- Reputasi: kembali ke no 3, pembaca akan mengutip sebuah makalah, bila mereka yakin bahwa penulisnya dapat dipercaya. Kalau itu yang anda kejar, maka blog adalah salah satu caranya. Nama andapun (dalam konteks sebagai science blogger) akan mudah ditemukan dengan pencarian Google atau Google Scholar. Dua mesin ini senang dengan perulangan.
People laugh happy (Pixabay CC-0)
Bagaimana memulainya?
Jadi sebenarnya, selain sedikit waktu, anda sebagai ilmuwan tidak akan mengalami kerugian. Bagaimana caranya untuk memulai? Mudah.
- Setup sebuah blog yang gratis, platform WordPress dan Medium adalah yang menurut saya patut dipertimbangkan.
- Untuk setiap makalah yang anda tulis, buatlah abstrak ringan yang dapat dipahami oleh orang yang tidak ahli dalam bidang anda. Muat ke dalam blog anda.
- Tautkan artikel tersebut dengan DOI atau tautan html makalah anda.
Kalau anda sudah ingin lebih serius lagi, maka mulailah membuat artikel blog untuk proses riset yang sedang anda lakukan. Lebih ekstrim lagi, buat artikel yang menceritakan rencana penelitian anda tahun depan. Mayoritas orang yang mengharamkan seseorang untuk membagikan proposalnya sebelum pada akhirnya lolos seleksi. Memang saat ini banyak orang kehilangan kebebasan untuk berkarya. Riset akan berdampak lebih luas bila terbuka sejak awal. Bahkan saat akan menerbitkan makalah ilmiah, ada baiknya peneliti memahami open access dan bagaimana untuk melakukannya.
Apakah membuat artikel blog akan membuat makalah anda yang akan anda kirim belakangan menjadi usang atau terjadi publikasi ganda. Jawabnya adalah tidak. Antara blog dan makalah akan saling mendukung dan penerbit-penerbit jurnal saat ini telah menerima preprint dan blog sebagai upaya pengarsipan mandiri secara daring (online self-archiving). Beberapa penerbit telah memiliki kebijakan pengarsipan yang jelas, seperti: Oxford Academic Journal, Wiley-Blackwell, Springer-Nature, Elsevier, Sage, Taylor-Francis, dll.
Mudah? Ya. Tapi pastinya sedikit repot. Kalau anda telah mahir membuat makalah ilmiah, maka tidak akan sulit bagi anda untuk meluangkan waktu menulis artikel blog maksimal satu jam sekali seminggu.
Sedikit tips dari saya, menulis artikel blog harus tanpa membebani waktu.
Sedikit tips dari saya, menulis artikel blog harus tanpa membebani waktu. Kegiatan Anda sehari-hari berpotensi untuk berakhir menjadi artikel blog dengan pembaca yang banyak. Saat menunggu antrian, atau berbagai catatan hasil membimbing mahasiswa, bahkan balasan surel, dapat anda manfaatkan untuk mengisi blog. Tentunya dengan terlebih dahulu menghilang identitas pribadi yang terlibat.
Beberapa mitos
Beberapa mitos yang sering kita dengar:
- bahwa mengunggah materi secara daring akan rawan pencurian ide atau karya (scooping). Respond saya: justru dengan mengunggah ide/karya secara terbuka, salah satunya melalui media blog, akan memudahkan anda dan publik untuk membuktikan “siapa meniru siapa”. Mengunggah pekerjaan anda secara daring, juga membantu pihak lain untuk menghindari tuduhan pencurian ide.
- bahwa menuliskan ide dalam blog dapat dikategorikan prior publication yang berdampak makalah tidak dapat dikirimkan ke suatu jurnal atau seminar. Respon saya: bahwa blog adalah salah satu bentuk pengarsipan mandiri (self archiving) secara daring. Jadi tidak berbeda posisinya dengan arsip anda dalam hard disc. Mayoritas penerbit (besar dan kecil) telah menyadari pentingnya pengarsipan mandiri, sehingga mereka tidak menanggap blog sebagai bentuk publikasi yang dapat mengganggu proses peer review.
- bahwa blogging adalah aktivitas non-formal yang lebih banyak dilakukan oleh orang-orang non-akademik. Respon saya: tidaaak. Anda perlu lebih banyak googling untuk dapat menemukan jawaban anda sendiri. Mayoritas profesor dan akademia pada umumnya telah menjadikan blog sebagai media penting atau bahkan media utama untuk publikasi hasil risetnya.
Anda punya mitos lainnya? Hubungi saya.
Penutup: blogging dan “kum”
Jadi saat anda membaca bagian akhir dari abstrak ini, jelaslah bahwa kegiatan akademik, outputnya tidak hanya makalah ilmiah yang terbit di jurnal atau prosiding seminar. Bagikan ilmu anda dalam berbagai bentuk ke masyarakat yang lebih luas. Reputasi tidak hanya akan anda dapatkan dari makalah ilmiah yang sangat serius dan sangat rumit. Bahwa tidak semuanya dapat diwujudkan transfer menjadi kredit (kum), maka mekanisme penilaian kinerja itulah yang perlu diubah. Ada kalanya KUM hanya kumpulan tiga huruf K, U, dan M.
Salam, @dasaptaerwin (science blogger)
(Science blogs: dasaptaerwin/wordpress, dasaptaerwin/net)