Freedom to publish

Author:

Pagi (buta) ini saya menerima tiga surel, satu menanyakan komentar saya mengenai tawaran dari sebuah penerbit LN untuk menerbitkan buku. Surel kedua menanyakan mengenai INARxiv dan apakah dibolehkan mengirimkan makalah yang telah daring sebagai preprint ke sebuah jurnal. Surel ketiga mengomentari aktivitas saya sebagai blogger, bagaimana saya bisa menulis artikel — hampir setiap pagi — , dari mana idenya. Ketiganya bertema freedom to publish (kebebasan untuk publikasi) . Saya masih sulit untuk mencari padanan katanya. Untuk ketiganya, saya menulis artikel blog yang akhirnya saya pisahkan jadi tiga artikel.

Pixabay (CC-0)

Untuk menjawab pertanyaan ketiga, saya sampaikan surel balasan saya dengan menganonimkan penerimanya.

Dari mana ide untuk blogging?

Terima kasih atas surelnya. Terima kasih juga telah mampir ke blog saya. Jawaban saya atas pertanyaannya adalah, “bahwa ide saya bisa datang dari mana saja”. Bahkan saat membalas surel anda pun, ide saya untuk membuatnya menjadi artikel blog sudah masuk ke pikiran saya.

Random is the new order

Artikel saya tulis dari kegiatan atau hal-hal yang saya temui sehari-hari yang menurut saya penting atau baik untuk diketahui rekan-rekan saya, termasuk misalnya adalah menjawab surel anda ini.

Apakah memerlukan waktu khusus?

Banyak yang berpikir bahwa untuk blogging, anda harus menginvestasikan waktu khusus. Jawabnya adalah tidak. Saya menulis artikel dengan memanfaatkan waktu-waktu sempit yang biasa kita sia-siakan (dead time)

Bukankah anda juga “membuang” banyak waktu dengan membuat status FB yang panjang-panjang. Bukankah itu sebenarnya dapat dibuat menjadi artikel blog?

Apakah boleh hasil riset ditulis sebagai artikel blog?

Apakah kita bisa menuliskan hasil riset sebagai artikel blog? Jawabnya adalah ya, mengapa tidak. Dua aktivitas di atas menurut saya sangat berkaitan dan saling mendukung.

Saya membuat artikel blog untuk riset saya as it happens. Begitu ada hasil, maka langsung saya buat artikelnya, sesuai waktu yang ada. Jadi saya sangat berbeda dengan kebanyakan dosen atau peneliti yang menunggu di saat terakhir untuk menulis publikasi. 

Not me

Sekarang sudah banyak platform untuk blogging yang sangat mudah. Pilihan saya adalah WordPress dan Medium.

Pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah tidak takut ditiru, atau apakah tidak terjadi publikasi ganda, saya terima hampir setiap hari, termasuk surel ini kan :-).

Jawaban untuk keduanya adalah tidak.

Alasan pertama

Saya tidak takut ditiru atau karya saya dibajak oleh pembaca. Prinsip saya, kalau saya ingin berbagi sedikit ilmu, dan kemudian ternyata ada yang mencuri. Jangan salahkan saya, salahkan pencurinya. Di sisi lain, time stamp dari artikel saya akan membuktikan, siapa yang meniru dan siapa yang ditiru.

Bila ada pencuri, maka salahkah dia, bukan penulis aslinya

Sebagai tambahan, plagiarisme tidak hanya dapat terjadi kepada hasil riset, tetapi juga kepada ide dan proses riset. Oleh karenanya, saya juga mengunggah proposal riset (setelah disunting, misalnya dengan menghapus rencana biayanya — RAB) ke repositori terbuka.

Alasan kedua

Bahwa masyarakat umum juga memerlukan ilmu anda. Karena itu, saya menuliskan proses riset dengan bahasa yang lebih ringan dalam blog, atau dinamakan non-specialist article.  Jadi walaupun menceritak hal yang sama, tapi isi dan kalimat yang saya gunakan akan berbeda, antara artikel blog dengan makalah ilmiah. Jadi bukanlah publikasi ganda.

Strategi saya yang dapat ditiru adalah, memisahkan berbagai gambar, grafik, dan data sebagai output riset yang independen. Biasanya saya unggah komponen-komponen tersebut ke repositori terbuka (kalau anda punya repositori institusi, unggah ke sana). Saya memasukkan identitas riset ke dalam kolom metadata.

Dampaknya saya bisa menulis dengan berbagai gaya, tentang output-output saya itu. Apakah itu publikasi ganda? Tidak, karena saya telah mensitasi hasil riset utamanya.

Alasan ketiga

Bahwa blogging adalah upaya saya yang paling primitif untuk mengarsipkan hasil kerja secara mandiri dan daring, atau disebut juga online self archiving. Saat semua perangkat penyimpanan data anda rusak, maka arsip daring saya akan menyelamatkan. Melakukan pengarsipan ke repositori (milik pihak ke-3 atau milik institusi) juga sangat disarankan oleh banyak universitas besar dan diberi label sebagai Green Open Access (Green OA). Lihat juga posternya.

Apakah ada manfaat lain?

Ada. Saya jadi punya kawan, dan itu tidak sedikit.

Sampai hari ini, belum ada yang menyesal sudah memiliki banyak kawan

Manfaat lainnya adalah saya jadi lebih terlatih untuk menulis. Ide dapat meluncur dengan lancar dari otak ke jari saya menjadi kalimat.

Penutup

Dengan segala kelebihan di atas, kenapa anda tidak memulai blogging. Bebaskan pikiran dan perasaan anda untuk mempublikasikan dan menyebarkan hasil riset.

Menulislah dengan bebas tanpa terikat dengan berbagai mitos metrik dan indeks

Semoga bermanfaat.

@dasaptaerwin [ inarxiv.id ]